Bukit Asam, Kota Wisata Tanjung Enim dan Kutukan SDA
Penelitian Zusneli Zubir menarik kesimpulan bahwa masyarakat Sawahlunto yang multikultural terlihat dari komposisi etnisitasnya yang berasal dari Minangkabau, Jawa, Batak, dan Cina, telah menjadikan Sawahlunto memiliki ciri khas dan unik, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat.
Branding wisata yang melekat dalam diri Sawahlunto bisa dilihat dari kota tua herritage sebagai warisan kolonial Belanda, bahasa tansi sebagai wujud multikultural, sampai kepada tingkat industri rumah tangga yang dilakoni masyarakat, menjadi potensi yang besar untuk mengembangkan wilayah ini sebagai daerah khusus untuk wisata tambang berbudaya.
Jelas bahwa wisata sebagai jawaban dari kutukan SDA memang pilihan yang terbaik bagi daerah-daerah yang sebelumnya ada daerah tambang pasca penambangan berakhir.
Jelas bahwa peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (menciptakan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kepada wisatawan-wisatawan asing).
Wisatawan yang datang berkunjung sebagai konsumen penikmat jasa dari industri pariwisata, berpotensi dijadikan sumber devisa bagi negara dan daerah tujuannya. Peluang usaha seperti kuliner, penginapan, kerajinan tangan (handycraft) dan jasa pelayanan lainnya yang menunjang pariwisata tersebut akan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan.
Implikasi dari usaha tersebut tentu meningkatkan ekonomi pelaku pariwisata dan pengembangan ekonomi masyarakat lainnya. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, akan memudahkan daerah untuk memperkenalkan kebudayaan lokalnya kepada pengunjung yang juga akan menyebabkan budaya lokal tersebut tetap lestari.
Tanjung Enim sebagai kota wisata yang tengah dikembangkan PTBA adalah salah satu jawaban dari kutukan sumber daya alam yang bergejolak di Indonesia di era otonomi daerah, seperti ditulis dalam buku “Paradoks Kelimpahan Sumber Daya Alam” yang terbit 2021.