Bukit Asam, Kota Wisata Tanjung Enim dan Kutukan SDA
KINGDOMSRIWIJAYA – Seorang ekonom dunia peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi Josep E Stiglitz pernah menulis sebuah artikel berjudul “Menjadikan Sumber daya Alam sebagai Berkah, Bukan Kutukan”.
Menurut ekonom asal Amerika Serikat tersebut, “Ada sebuah fenomena menggelitik dari para ahli ekonomi menyebutnya “kutukan sumber daya alam”. Rata-rata negara kaya sumber daya alam memiliki performa lebih buruk ketimbang negara dengan anugerah alam yang lebih sedikit – cukup bertentangan dengan apa yang mungkin seharusnya terjadi”.
Pada paragraf yang lain, ekonom yang pernah menjabat ketua Dewan Penasihat Ekonomi pada masa Presiden Amerika Serikat Serikat Bill Clinton menyatakan, “Sekali kekayaan alam ini keluar dari perut bumi dan dijual, ia tidak akan tergantikan lagi. Hanya dengan menginvestasikannya kembali ke dalam bentuk modal (bersifat fisik atau alami) yang bisa menggantikan hilangnya kekayaan alam ini dan menjadikan negara lebih kaya.
Sepertinya, berangkat dari pernyataan Josep E Stiglitz tersebut PT Bukit Asam (PTBA) Tbk sejak 2016 mulai berupaya mewujudkan Kota Tanjung Enim tempat beradanya tambang batu bara milik BUMN tambang tersebut menjadi sebuah kota wisata atau “Tanjung Enim Menuju Kota Wisata”.
Mungkin saja asumsi ini boleh dibantah. Namun banyak ekonom dari berbagai penelitiannya di banyak negara menyebutkan bahwa kelimpahan sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah bagi wilayah yang memilikinya. Namun ada paradoks yang menyebutkan bahwa kelimpahan sumber daya alam dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan perekonomian, fenomena ini disebut dengan Natural Resource Curse atau disebut juga “kutukan sumber daya alam”.
Dengan kata lain, Natural Resource Curse merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kegagalan negara-negara kaya sumber daya alam untuk mengambil manfaat dari kekayaan alam yang dimiliki oleh negara tersebut.