Pertempuran 5 Hari 5 Malam dan Amnesia Sejarah
Untuk melawan penyakit amnesia sejarah tersebut menurut Yohanes Rasul Subakti dalam “Tantangan Guru Sejarah Dalam Mengajar Dan Belajar Berbasis Hots” (2021), perlu adanya gerakan untuk melawannya. Untuk itu, pertama, perlu dikembangkan upaya-upaya agar masyarakat bisa belajar sejarah secara lebih terbuka, lebih sehat, dan lebih menarik, baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Kedua, perlu adanya kebangunan kembali kesadaran sejarah di masyarakat luas.
Menurut Yohanes, sebagai disiplin ilmu, sejarah merupakan bidang akademis yang dapat mendidik individu untuk bersikap kritis karena ia merupakan ilmu yang terbuka atas berbagai interpretasi, verifikasi, falsifikasi, dan sebagainya. Proses pembelajaran sejarah yang dimonopoli dan direkayasa demi aneka kepentingan tertentu yang eksklusif perlu semakin dihindari. Berbagai metode dan metodologi sejarah penting untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan.
Kemudian kebangunan kembali kesadaran sejarah perlu ditempuh upaya guna merangsang masyarakat agar kian tertarik sejarah. Bermacam ragam alat komunikasi publik yang tersedia luas dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ini. Salah satunya dengan memperingati P5H5M dengan berbagai agenda kegiatannya. Sehingga diharapkan, masyarakat yang sadar sejarah akan semakin mampu belajar dari masa lalunya sendiri maupun masa lalu orang lain.
Di dunia pendidikan, menurut Christianto Dedy Setyawan dan kawan-kawan, monotonnya pembelajaran sejarah yang bermuara pada pudarnya ketertarikan pada ilmu sejarah menjadi alarm berbahaya yang patut diwaspadai.
Amnesia sejarah dapat terjadi jika pelajaran sejarah hanya sekadar numpang lewat dalam kehidupan manusia. Lupa terhadap sejarah menjadi fenomena yang berbahaya. Merawat daya ingat terhadap sejarah dapat menentukan sikap hidup manusia di masa kini dan masa depan.
Melawan penyakit amnesia sejarah tersebut, perlu adanya gerakan untuk melawannya. Demikian pula dengan belajar sejarah, bagi siapa pun, belajar sejarah itu bukan hanya saja untuk mengetahui masa lampau, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk melatih manusia lebih bersikap bijaksana dalam menyelesaikan persoalan.
Khusus untuk peringatan P5H5M, dengan mengutip buku “Palagan Palembang” yang ditulis dan diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, “Banyak nilai-nilai perjuangan yang patut dipetik. Kesemestaan perjuangan mempertahankan tanah air, khususnya Palembang, telah melibatkan seluruh lapisan masyarakat, yaitu adanya pengerahan logistik dan tenaga bantuan militer dari rakyat untuk pasukan TRI, Laskar dan Pejuang”. (maspril aries)