Ekspor Kopi Perdana Sumsel, Kok Perdana?
Trilita Apriani memaparkan data ekspor kopi, tahun 2019 ekspor kopi dari Sumatera Selatan (Sumsel) 1.767.600,50 Kg (Kilogram), jumlah ini kalah jauh dibandingkan dengan ekspor dari Lampung sebesar 214.599.450,97 Kg. Tahun 2015 ekspor kopi Sumsel pernah mencapai 5.529.689,00 Kg, namun tetap saja kalah dibanding ekspor kopi dari Lampung sebesar 304.143.180,00 Kg.
Ekspor kopi Sumsel perdana yang didukung OJK ini dapatkah kemudian menjadikan seluruh ekspor kopi Sumsel melalui pelabuhan yang ada di daerah ini? Ketua Dekopi Sumsel Zain Ismed menjawab, “Akan tergantung pada mekanisme pasar. Dalam kajian yang sederhana, mana yang lebih efisien ekspor kopi Sumsel melalui pelabuhan Boom Baru di Palembang atau melalui pelabuhan Panjang di Lampung?”
Melalui ekspor ini, Ismed optimis akan akan berdampak siginfikan untuk membawa brand kopi Sumsel lebih dikenal di tingkat global. Menurutnya, selain ekspor kopi juga pada bagian hulu dari komoditas kopi ini harus diperhatikan.
“Jika ingin menata ekosistem kopi di Sumsel maka tidak cukup dengan memperhatikan pada sektor hilir, seperti ekspor kopi semata. Bagaimana dengan pengolahan di sektor hulu, pada petani kopi? Ini berpengaruh pada kualitas kopi yang dihasilkan. Petani lebih suka panen petik buah asalan, bukan petik buah merah. Kemudian masih terbiasa menjemur buah kopi di jalan. Ini juga harus menjadi perhatian karena sangat berpengaruh pada kualitas kopi yang diekspor”, ujar mantan Sektretaris Perusahaan Pusri (Pupuk Sriwidjaja).
Ketua Dekopi Sumsel berharap, peluncuran brand kopi Sumsel yang dicanangkan masa Pj Gubernur Agus Fatoni dan ekspor kopi Sumsel perdana oleh OJK pada masa Pj Gubernur Elen Setiadi tidak hanya sekedar seremonial belaka tapi berkelanjutan.