Ekspor Kopi Perdana Sumsel, Kok Perdana?
Ekspor Kopi
Ekspor kopi asal Sumsel yang bertajuk “Ekspor Kopi Perdana melalui Ekosistem Industri Jasa Keuangan Sumsel 2025” secara keseluruhan memang bukan ekspor perdana kopi dari Sumsel. Sebelumnya, pada September 2024 dari pelabuhan Boom Baru telah diekspor kopi Sumsel ke Malaysia.
Sebagai daerah eksportir kopi, Sumatera Selatan tentu kalah dari daerah tetangganya, Provinsi Lampung. Dalam berbagai data statistik yang diterbitkan BPS (Badan Pusat Statistik) Sumsel atau Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dari Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, ekspor kopi kalah dibandingkan dengan ekspor komoditi perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Juga kalau jauh dengan ekspor batu bara dan bubur kertas (pulp).
Mengapa ekspor kopi Sumsel dari pelabuhan-pelabuhan di Sumsel kecil padahal produksi kopinya terbesar di Indonesia? Jawabannya, karena banyak ekspor kopi Sumsel dikirim dari Provinsi Lampung melalui pelabuhan Panjang.
Perihal kopi dari Sumsel banyak dikirim atau diekspor dari Lampung bukan berita baru. Sejak zaman Orde Baru banyak media massa sudah memberitakan tentang itu. Ada media yang menulis berita judulnya, “Sumsel Punya Kopi, Lampung Punya Nama”.
Menurut Laporan Perekonomian Provinsi Lampung dari Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung edisi November 2024, kinerja ekspor daerah ini tetap kuat dipengaruhi oleh tingginya permintaan ekspor untuk komoditas komoditas unggulan, terutama kopi robusta.
Produksi kopi Sumsel boleh berlimpah, namun untuk penjualan atau ekspor kopi bergantung pada mekanisme pasar di Lampung yang disebut sebagai rumah besar industri kopi di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel).
Mengutip Trilita Apriani dalam “Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Sumatera Selatan di Pasar Asean” (2021), berdasarkan dari data yang diperoleh dari Kementerian Pertanian tahun 2019, bahwa sentra produksi kopi paling tinggi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 18,99 persen atau rata-rata produksi sebesar 121,25 ribu ton.
“Akan tetapi, jika dilihat dari data volume ekspor menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara rata-rata produksi, dengan volume ekspor yang terjadi pada komoditas kopi di Sumatera Selatan, di mana rata-rata volume ekspor hanya 3.366.617 atau 2,78 persen saja”, tulis Trilita Apriani.