Mario Puzo dan The Godfather: Perjalanan Epik dalam Sastra dan Sinema (15 Oktober 1920)
Budaya Populer
Berkat novel ini pada tahun 1970-an Mario Puzo menjadi salah seorang penulis satu penulis paling berpengaruh pada masa itu. Kemudian Puzo juga menulis buku anak-anak berjudul The Runaway Summer of Davie Show. Lalu novel The Sicilian dan The Last Don. Tiga tahun sebelum kematiannya pada 2 Juli 1999, menulis novel berjudul Omerta yang menjadi novel terakhirnya.
Pada masa jayanya, sebagai bagian perjalanan epik dalam sastra dan sinema, novel dan film The Godfather telah memberi dampak yang luar biasa terhadap budaya populer di dunia sastra maupun sinema. Filmnya dianggap sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa dan telah menginspirasi banyak karya di berbagai media, termasuk film, televisi, dan literatur. Pada tahun 1997 novel The Last Don juga mini seri televisi. Film The Godfather dianggap sebagai salah satu film yang memelopori era New Hollywood, di mana sutradara diberikan kebebasan artistik yang lebih besar untuk mengekspresikan visi mereka ke dalam film garapannya.
Sementara novel The Godfather juga masih terus dibaca, diapresiasi dan dicetak ulang. Tema dalam novel ini bersifat universal, tentang keluarga, kekuasaan, dan korupsi moral. Novel ini tidak hanya bercerita tentang dunia kriminal, tetapi juga tentang manusia dan perjuangan mereka dalam menghadapi tekanan hidup. Novel ini juga menjadi inspirasi dari banyak novel dengan genre yang sama yang terbit era berikutnya.
Warisan dari novel dan film The Godfather akan terus hidup sebagai salah satu karya terbesar dalam budaya populer, memberikan inspirasi bagi banyak penulis, sutradara, dan seniman di masa depan.
Sebagai penutup, ini kutipan dari sampul belakang novel The Goddfather yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Sang Godfather¸ “Godfather adalah pemimpin mafia bernama Don Vito Corleone, pria pemurah yang tak kenal ampun dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan”. (maspril aries)