Mario Puzo dan The Godfather: Perjalanan Epik dalam Sastra dan Sinema (15 Oktober 1920)
Faktanya film ini sukses, tidak hanya di pasar film juga di ajang festival. Di ajang Festival Academy Award sukses meraih Piala Oscar. Film The Godfather pada festival tahun 1972 meraih Piala Oscar untuk Film Terbaik dan Skenario Adaptasi Terbaik. Film The Godfather II menjadi Film Terbaik pada tahun 1974.
Jika film The Godfather sukses, bagaimana dengan Mario Puzo sang penulis novel? Mario Puzo namanya identik dengan The Godfather, salah satu karya sastra dan film paling ikonik dalam sejarah budaya populer dunia. Terinspirasi oleh novel yang ditulis novelis kelahiran 15 Oktober 1920 di “Hell’s Kitchen” New York, film Film The Godfather tidak hanya merevolusi dunia sinema, tetapi juga mengubah cara orang memandang mafia dan kejahatan terorganisir dalam budaya Amerika.
Mario Puzo yag memiliki darah keturunan Italia-Amerika, tumbuh dan besar di sebuah lingkungan yang dikenal keras di wilayah pemukiman imigran yang kerap dilanda kemiskinan. Dalam perjalanan hidupnya Puzo kerap mendengar cerita-cerita tentang mafia dan kehidupan keras di jalanan, meskipun ia sendiri tidak pernah bersentuhan dunia kejahatan atau mafia.
Berbekal pengalaman hidup tersebut menjadi inspirasi awal bagi Puzo dalam menulis sebuah cerita tentang keluarga mafia yang memiliki kekuatan besar dan pengaruh di tengah masyarakat Amerika Serikat pada masa lalu.Maka lahirlah novel berjudul The Godfather yang terbit tahun 1969.
Novel Sukses
Mario Puzo mengaku, novel yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia, ditulis berdasarkan riset di perpustakaan saja. “Mana saya punya waktu untuk terlibat mafia?” katanya pada wawancara dengan Associated Press tahun 1996. “Saya miskin sebelum The Godfather sukses. Kalau ikut mafia, saya pasti punya cukup uang sehingga tak perlu menulis”.