Pilkada dan Air Bersih: Ratu Dewa Memetakan Masalah Air Bersih Palembang
Dalam banyak program pembangunan daerah perkotaan, tersedianya pasokan air bersih adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, selain masalah pendidikan dan kesehatan.
Erna Witoelar mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pernah menyatakan, “Air merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Kualitas kehidupan manusia sangat tergantung dari kualitas air. Kualitas air yang baik dapat mendukung ekosistem yang sehat dan akhirnya mengarah pada peningkatan kesehatan manusia. Sebaliknya, kualitas air yang buruk juga akan sangat memengaruhi lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Tak salah jika Ratu Dewa menjadikan air bersih menjadi salah satu program dari visa dan misinya sebagai calon wali kota, yaitu ptogra, 100 persen layanan air bersih Kota Palembang dan pemasangan gas alam rumah tangga.
Kepada siapa pun yang terpilih memimpin Kota Palembang yang dibelah sungai Musi, kota tak pernah mengalami krisis air, yang jadi masalah layanan air bersih bagi warganya tak kunjung teratasi. Bagi warga Palembang, pemenuhan kebutuhan air bersih dari PDAM menjadi kebutuhan vital. Mengingat berdasarkan penelitian Y Windusari and NP Sari tentang “Kualitas Perairan Sungai Musi di Kota Palembang Sumatera Selatan” (2015) bahwa sumber air lainnya seperti air sungai dan air tanah tidak layak untuk dapat dikonsumsi secara langsung.
Pencemaran Sungai Musi
Namun tetap harus waspada ke depan bukan tidak mungkin akan terjadi krisis air di Palembang. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas air Sungai Musi sebagai sumber pasokan air baku PDAM Tirta Musi, serta buruknya infrastruktur pengelolaan air. Penelitian tentang pencemaran sungai Musi sudah banyak dilakukan. Salah satunya oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama aktivis lingkungan dari sejumlah organisasi di Sumatera Selatan (Sumsel) pada pertengahan 2022.
Menurut Tim ESN, di sungai Musi ditemukan banyak sampah termasuk sampah plastik. Sampah yang dibuang ke sungai Musi tersebut terfragmentasi atau pecah menjadi serpihan mikroplastik. Berdasarkan penelitian menunjukkan, partikel mikroplastik yang ditemukan di Sungai Musi dan ini berbahaya jika terkonsumsi masyarakat.