Mencari Berita dengan Wawancara (Belajar dari Inke Maris dan Najwa Shihab)
“Bukan tugas pewawancara untuk ‘berdebat’ dengan ‘tamunya’ karena dia bukan expert dalam segala bidang. Seorang pewawancara adalah seorang generalis yang tahu permasalahan tapi bukan expert dalam segala bidang”, pesan Inke Maris dalam bukunya “Total Profesionalism – Wawancara Inke Maris dengan Tokoh-Tokoh Global” (2002).
Kini pada era reformasi semakin banyak pewawancara yang dikenal masyarakat, sebut saja salah satunya Najwa Shihab yang dikenal dengan program “Mata Najwa” yang tayang di layar kaca dan kanal youtube. Kehadiran Najwa Shihab yang akrab disapa “Nana” karirnya sama seperti Inke Maris, memulainya sebagai seorang reporter dan host di Metro TV kini menjadi founder di Narasi TV.
Nana adalah pewawancara yang handal pada dunia broadcast di Indonesia saat ini. Najwa Shihab dengan program acaranya menjadi obyek penelitian ilmiah pada berbagai perguruan tinggi atau lembaga penelitian. Dengan menelusuri di dunia maya, bisa dijumpai lebih dari 100 judul karya ilmiah yang termuat dalam berbagai jurnal ilmiah tentang Najwa Shihab.
Ada penelitian yang membahas tentang gaya bahasa Najwa Shihab pada “Mata Najwa”, ada tentang teknik wawancara atau strategi retorika bertanya Najwa Shihab, juga ada penelitian Mata Najwa on Stage dan Najwa Shihab dengan Narasi TV.
Sebuah penelitian Heni Widiastuti dan kawan-kawan berjudul “Teknik Wawancara dalam Menggali Informasi pada Program Talk Show Mata Najwa Episode Tiga Trans 7” menyimpulkan: Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada program talkshow Mata Najwa dimana pembawa acaranya adalah Najwa Shihab, menggunakan teknik wawancara yang sifatnya koersif berisi pertanyaan-pertanyaan yang menekan, mendorong narasumber agar mau menjawab pertanyaan yang sesuai dengan keinginan atau arahan Najwa, dan mengkondisikan narasumber pada posisi tidak bisa menolak atau menghindar dari pertanyaan yang diajukan oleh Najwa.
Bahasa verbal yang digunakan Najwa dalam menggali informasi dengan cara mewawancari narasumber, meliputi kata dan kalimat. Dari sekian banyak pilihan kata, Najwa memilih satu kata yang mengandung sebuah makna tertentu yang bisa diartikan dalam situasi tertentu. Sedangkan untuk kalimat, Najwa seringkali menggunakan kausalitas dimana menggunakan prinsip sebab akibat tentang adanya latar belakang sebuah ilmu.
Nonverbal yang digunakan Najwa Shihab untuk memperkuat pesan yang disampaikan berupa menopang dagu, menyondongkan badan, dan menggerakkan tangan. Bahasa nonverbal tersebut juga muncul berulangkali dalam setiap proses wawancara. Hal ini sekaligus menjadi ciri khas Najwa Shihab dalam mewawancarai narasumber yang tidak dimiliki oleh interviewer atau pewawancara lainnya.
Jika ingin menjadi interviewer atau pewawancara yang baik walau belum handal, belajar teknik wawancara adalah salah satunya. Rajin menonton wawancara di televisi atau di kanal platform media sosial adalah bentuk lain dari cara belajar teknik wawancara yang terus berubah. (maspril aries)