Home > Budaya

Agus Fatoni Berkunjung ke Museum dan Berfoto dengan Uang Kertas Rp10.000

Berkunjung dan melihat koleksi museum, kita melihat sejarah, membaca sejarah dan melihat peninggalan masa lalu.

Agus Fatoni dengan diorama di Museum Negeri Balaputra Dewa. (FOTO: Humas Pemprov Sumsel)
Agus Fatoni dengan diorama di Museum Negeri Balaputra Dewa. (FOTO: Humas Pemprov Sumsel)

Museum merupakan tempat disimpannya benda bersejarah serta pusat pendidikan sejarah untuk mengenalkan budaya bangsa, demikian kesimpulan yang bisa ditangkap dari pandangan Agus Fatoni tentang museum pada bagian awal artikel ini.

Walau museum sudah ada di Indonesia sejak Abad ke-18, namun sampai kini tetap saja ada pertanyaan yang menggantung, “”Mengapa museum tetap saja sepi dari pengunjung?” Atau tentang generasi milenial dan generasi Z enggan berkunjung ke museum. Jika ini terjadi, dampaknya bisa saja mendegradasi kecintaan terhadap sejarah bangsa, seni dan budaya.

Apakah ini karena museum sangat identik dengan tempat yang kuno dan mistis, sehingga museum terkesan kurang menyenangkan? Menurut S Sumpeno dalam “Ragam Teknologi Informasi untuk Revitalisasi Museum” (2015), selama ini museum identik dengan area kuno tempat barang-barang tua tersimpan, sehingga jauh dari suasana menyenangkan, bahkan terkesan membosankan.

Atau museum sepi pengunjung karena museum yang memiliki berbagai macam informasi mengenai benda-benda peninggalan, namun pengelola museum menyajikan informasi dengan cara kurang menarik. Padahal menurut laporan Association of Museums (AMM), masyarakat menganggap museum merupakan tempat informasi yang paling dipercaya, kemudian baru diikuti oleh informasi dari buku dan berita televisi.

Mengutip BL Murphy dalam “The Definition of the Museum” (2004) museum dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi nirlaba yang melakukan kegiatan konservasi, penelitian, penyampaian, dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, dan rekreasi. Museum juga erat kaitannya untuk tujuan pelestarian, sehingga masyarakat dapat mengenal dan melestarikan kebudayaannya.

Dalam perkembangannya, menurut Kukuh Pamuji dalam “Konsep Komunikasi dan Edukasi Museum Istana Kepresidenan” (2011), aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi, maka dalam perkembangannya aktivitas permuseuman dipusatkan pada masyarakat.

“Museum bukan sekedar menjadi tempat penyimpanan benda langka dan mahal, melainkan sebagai sebuah lembaga kebudayaan yang melayani masyarakat” tulis Nurhadi Magetsari dalam “Filsafat Museologi” (2008).

× Image