Agus Fatoni Berkunjung ke Museum dan Berfoto dengan Uang Kertas Rp10.000
Pada kesempatan lain, Agus Fatoni juga menyampaikan rencana untuk menjadikan tahun 2024 sebagai tahun kebangkitan Kerajaan Sriwijaya. “Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar sehingga sudah selayaknya Museum Sriwijaya diaktifkan kembali”, katanya. Ia ingin mengumpulkan benda-benda bersejarah di seluruh dunia yang memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya dan dihimpun menjadi satu.
“Juga kita akan aktifkan kembali museum tekstil, dengan membuat kain songket terpanjang di dunia yang rencananya panjangnya nanti dua kilometer,” kata Fatoni. Museum tekstil di Jalan Merdeka sudah lama tutup tidak pernah lagi menerima pengunjungnya.”
Museum Mistis dan Kuno
Kata “Museum” berasal dari bahasa latin yang diadaptasi dari istilah “mouseion” yang berarti “tempat duduk Muses” atau secara filosofi berarti tempat untuk melakukan kontemplasi. Muses sendiri dalam mitologi Yunani merupakan dewi-dewi seni dan ilmu pengetahuan yang berjumlah sembilan. Kesenian sendiri merupakan budaya manusia yang bersifat universal sekaligus juga materi koleksi museum secara umum.
Menurut definisi International Council of Museums (ICOM), museum merupakan institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik denga bersifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengkoleksian, mengkonversi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan dan kesenangan.
Di Indonesia, museum mulai dikenal pada masa kolonial Hindia Belanda. Di Batavia bangsa kolonial mereka mendirikan Bataviaa genotschap van kunstenen wettenschappen pada 24 april 1778. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal permuseuman di Indonesia, tulis Agus Aris Munandar dan kawan-kawan dalam “Sejarah Permuseuman Indonesia” (2011).
Benda-benda yang menjadi koleksi awal Batavia genotschap yaitu benda-benda arkeologi temuan cendekiawan dan kolektor dari Eropa maupun Indonesia. Para kolektor dan cendekiawan tersebut adalah Rademacher kolektor benda numanistik, Osroy dan Flines kolektor benda keramik. Serta dari Indonesia terdapat Raden Saleh Sjarif Bustaman yang menyumbangkan lukisannya kepada Batvia genotschap.