Home > Budaya

Salim Said Kritikus Film: Film yang Baik Tidak Menyakitkan Otak

Sebagai kritikus film yang sekaligus wartawan film, Salim Said adalah jurnalis yang sangat tekun mengamati pertumbuhan film Indonesia.

Dua buku yang ditulis Salim Said tentang Perfilman Indonesia. (FOTO: Maspril Aries)
Dua buku yang ditulis Salim Said tentang Perfilman Indonesia. (FOTO: Maspril Aries)

Lain halnya ketika kritikus menilai jelek terhadap karyanya. Pembuat film bisa mencak-mencak, “Memangnya bikin film itu gampang! Enak saja bilang film saya jelek, coba bikin sendiri kalau bisa!” Pembuat film yang marah-marah ketika filmnya dikritik pedas sejatinya tak butuh kritik film. Yang ia butuhkan adalah publikasi alias pemberitaan atau ulasan serba baik dan bagus menyangkut filmnya. Lain tidak.

Menurut wartawan senior Goenawan Mohamad persoalan tersebut bermuara pada kenyataan bahwa film adalah barang dagangan, bukan hanya karya seni. “Sebagai barang dagangan film tak butuh kritik, tak butuh pembahasan dari segi artistik, sinematografi, logika, kejujuran penciptaan dan kecerewetan macam itu. Sebagai barang dagangan ukuran yang digunakan adalah “laris” dan “tidak laris”. Sedang kritik film menggunakan ukuran “bermutu” dan “tidak bermutu”, kata kolega Salim Said yang sama menjadi wartawan di Majalah Tempo.

Dari banyak resensi dan kritik film yang ditulisnya, Salim Said sudah sejak lama menyampaikan, “Film yang baik adalah film yang di dalamnya ada cukup akal sehat, di mana tidak semua perempuan yang mengalami kesukaran lalu jadi hostes atau pelacur, di mana tidak semua ibu tiri galak; logika untuk sampai ke sana juga harus disediakan. Pendeknya sebuah film yang baik itu adalah film yang tidak menyakit otak ketika menontonnya”.

Selain sebagai jurnalis, kritikus film, tokoh pers, tokoh perfilman nasional akademisi, cendekiawan, pengamat politik dan militer, Salim Said juga perintis pembentukan SENAKKI (Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia) tahun 1990. SENAKKI hadir sebagai sebuah lembaga yang menghimpun Kine Klub-Kine Klub di seluruh Indonesia. Pada masa Orde Baru Kine Klub banyak berdiri di kampus-kampus perguruan tinggi. Kine Klub menjadi salah satu peninggalan Salim Said yang monumental yang sampai kini masih bertahan pada beberapa kampus perguruan tinggi sebagai bentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Selamat jalan Prof. Dr. H. Salim Haji Said, PhD. (maspril aries)

× Image