Mereka Menyebutnya Galodo
Mengapa bencana galodo kerap melanda Sumatera Barat atau Ranah Minang?
Bambang Istijono dari Pusat Studi Kebencanaan Fakultas Teknik Universitas Andalas dalam makalahnya “Integrated Sediment Related Disaster (Galodo) Management in Limau Manis, West Sumatera” (2013) menjelaskan Provinsi Sumatera Barat memiliki luas lahan sekitar 4.23 juta hektar, dengan wilayah pegunungan terjal dengan 87 persen dari wilayahnya. Sumatera Barat memiliki empat danau yaitu Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Singkarak, dan 600 sungai mengalir ke pantai barat dan pantai timur Sumatera pulau.
Sumatera Barat terletak pada lempeng tektonik antara pertemuan dua lempeng besar lempeng benua, membelah lempeng Eurasia dan Australia, 250 km sebelah barat garis pantai, dan sesar besar di sepanjang Bukit Barisan Sumatera. Juga punya empat gunung berapi aktif yaitu Talang, Tandikek, Merapi dan Kerinci. Beberapa penelitian mengungkapkan terdapat 58 sungai yang sangat rentan terhadap bahaya aliran puing.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam konferensi pers Senin (13/5) menjelaskan bahwa rentetan getaran gempa satu bulan terakhir di Sumbar kian memperbesar tingkat kerawanan daerah itu dilanda bencana tanah longsor.
Menurut Daryono, satu bulan terakhir periode April – Mei aktivitas gempa kerak dangkal-sesar aktif (shallow crustal earthquake) terpantau sangat aktif di Sumbar. BMKG mencatat selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal yang berpusat di daratan Sumatera Barat dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.
BMKG melalui Daryono mengingatkan masyarakat Sumatera Barat tetap waspada. “Karena dampak ikutan gempa ditambah hujan intensitas deras hingga beberapa waktu ke depan juga memungkinkan titik longsor ini tidak tunggal, biasanya terjadi di banyak tempat”, katanya. (maspril aries)