Home > Eduaksi

Konstruksi Kemerduan di bulan Ramadhan

Disokong oleh sound system yang berkelas, maka kemerduan dan kesyahduan Ramadhan itu memang betul-betul ada.

Kampus UIN Raden Fatah, Palembang (FOTO: https://radenfatah.ac.id/)
Kampus UIN Raden Fatah, Palembang (FOTO: https://radenfatah.ac.id/)

Jika poin pertama adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, poin kedua hubungan sesama manusia (sosial), maka titik tekan ketiga adalah internal pribadi masing-masing. Tentu banyak sekali manfaat yang dirasakan tiap orang, karena yang tahu hanya dirinya sendiri.

Tetapi pada poin ketiga ini juga perlu diberikan catatan khusus, karena di situlah penghambaan akan begitu terasa. Posisi sebagai manusia yang menghamba kepada Tuhannya adalah titik fokus. Semakin khusuk ibadah seseorang akan terasa penghambaan begitu kuat.

Rasa penghambaan ini bisa muncul karena banyak faktor. Ada yang mengatakan bahwa rasa itu muncul karena manusia sadar bahwa ia memang adalah makhluk Allah SWT. Salat adalah momentum menunjukkan keberadaannya sebagai makhluk Allah SWT. Idealnya memang begitu, tetapi menurut saya rasa itu tidak akan muncul begitu saja. Bagi sebagian orang, yang level keimanannya sudah begitu kuat, itu bisa saja terjadi.

Sadarkah kita bahwa ada sebuah konstruksi tersendiri yang kemudian akan menghipnotis manusia untuk “terlena” dalam ritual ibadah tersebut. Konstruksi yang sebetulnya itu adalah ciptaan manusia, konstruksi yang sebagian justru tidak dikenal di zaman nabi.

Pertama, kualitas imam salat. Syarat ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan bahkan disunahkan. Ajaran Islam mengatakan bahwa untuk menjadi seorang Imam salat, syarat utama adalah orang yang paling fasih bacaannya. Jika banyak yang fasih bacaannya, baru dipilah lagi berdasarkan umur dan pengetahuan agamanya. Tapi yang pertama adalah fasih bacaannya.

Fasih disini tidak saja lancar dalam membaca, tapi juga merdu dalam melantunkan sesuai dengan irama, panjang pendek bacaan, tahu lantunan yang terbaik. Intinya adalah orang yang dengan suaranya mampu membius jamaah untuk khusuk salat. Akan berbeda respon jamaah terhadap seorang Imam salat yang hafiz Alquran dengan yang baru lancar Iqra’ 5 ataupun 6. Ini adalah konstruksi pertama.

Kedua, alat pengeras suara (sound system) yang mumpuni. Jenis ini tentu belum dikenal di zaman Nabi. Namun saat ini tidak ada masjid yang tidak memiliki alat pengeras suara. Kelebihan dari sound system yang bagus akan mampu mengolah suara Imam menjadi lebih berkualitas dan tentu saja lebih merdu. Keheningan dalam beribadah semakin khusuk dengan suara Imam yang jernih, seimbang antara bass dan treble. Gangguan-gangguan teknis akan menganggu karena itu kualitas perangkat yang bebas noice menjadi penting. Ini adalah konstruksi kedua.

× Image