Konstruksi Kemerduan di bulan Ramadhan
Oleh: Dr Yenrizal MSi (Dosen FISIP UIN Raden Fatah)
Hampir sepertiga Ramadhan tahun ini sudah dilewati. Rasa syukur tentu pantas disampaikan karena kesempatan beribadah itu masih didapatkan. Tidak sedikit orang yang tidak berkesempatan untuk menjalaninya lagi. Bersyukurlah. Begitu nasehat para ulama.
Bagaimana cara menikmati Ramadhan yang diklaim sebagai bulan berkah ini? Ada yang rutin bersedekah, ada juga dengan iktikaf, ada yang tadarusan, ada juga yang berbagi rezeki dengan berbagi makanan berbuka dan sahur. Tentu tidak lupa dengan salat lima waktu dan salat malam di masjid/musala. Semua baik-baik saja, begitulah seharusnya.
Semua ibadah tersebut adalah ibadah yang dianjurkan, disunahkan. Hadis sahih berkata, “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kaliah ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan dari kebaikan” (HR Ahmad).
Karena itu tak heran jika umat muslim berlomba-lomba melaksanakan ragam ibadah. Semua itu karena memang imbalan pahala yang tidak sedikit. Ini bukan urusan ikhlas atau tidak, tapi motivasi pada masing-masing pribadi. Ikhlas atau tidak, biarlah Allah SWT yang akan menilainya.
Dari sekian banyak ibadah, tarawih adalah yang paling fenomenal. Semua masjid dan musala serempak melaksanakan salat malam. Tanpa diperintah atau disuruh, dari anak-anak, ibu-ibu, remaja dan orang tua, semua datang. Setelah seharian berpuasa, menahan lapar dan haus, malamnya masih “ikhlas” salat 11 rakaat (sebagian 23 rakaat) berjamaah. Ajaran manakah yang bisa menandingi itu? Ritual Ramadhan adalah buktinya.
Apa keuntungan dan kelebihan dari melaksanakan salat tarawih? Pertama, mendekatkan diri dengan Allah SWT dan berharap ganjaran dari-Nya. Sisi pahala sudah pasti karena ini adalah ibadah sunah, dikerjakan berpahala dan tidak dikerjakan tidak berdosa. Melaksanakan ibadah sunah di bulan Ramadhan tentu diganjar pahala berlipat-lipat. Allah SWT tak akan mungkir dengan janji-Nya.
Kedua, memperkuat hubungan sosial dan jalinan silaturahim sesama muslim. Mungkin selama ini kita jarang bertemu dan berkomunikasi dengan tetangga (terutama di perkotaan) karena kesibukan masing-masing. Kalaupun ada momen salat Jumat, kadang itu dilakukan di masjid dekat kantor. Saat Ramadhan, momentum itu terjalin melalui tarawih di masjid. Tetangga yang sebelumnya tak pernah bertemu, bersua di masjid. Hubungan sosial dan silaturrahim.
Ketiga, masanya pencarian ketenangan pada pribadi masing-masing. Ini tentu saja sangat subjektif, tergantung pada individu masing-masing. Dikarenakan selama ini tidak terbiasa untuk pergi ke masjid, adanya Ramadhan dan tarawih, masyarakat jadi terdorong untuk beribadah ke masjid. Selama ini hanya membaca ayat Alquran saja melalui salat sendiri, sekarang membaca sekaligus mendengarkan langsung.