Home > Literasi

Buku Kantor Wali Kota Palembang dari Masa ke Masa Meluncur di Palembang

Dalam perspektif historis, jika hanya membicarakan perjalanan bangunan gedung Kantor Walikota Palembang, tidak terlalu mempunyai arti dan makna.
Dudy Oskandar salah seroang penulis buku
Dudy Oskandar salah seroang penulis buku "Kantor Wali Kota Palembang dari Masa ke Masa" (FOTO: Maspril Aries)

KINGDOMSRIWIJAYA, Palembang – Tiga orang penulis yang berlatar belakang akademisi atau dosen dan wartawan meluncurkan buku berjudul “Kantor Wali Kota Palembang dari Masa ke Masa”. Selintas judul itu mengingatkan pada acara musik di TVRI yang terkenal pada masanya “Dari Masa ke Masa”.

Buku tersebut ditulis secara kolaborasi oleh Dedi Irwanto dan Kemas A Rachman Panji yang berlatar belakang dosen di Universitas Sriwijaya (Unsri) dan UIN Raden Fatah Palembang, serta Dudy Oskandar seorang wartawan senior pencinta sejarah yang rajin menulis tentang sejarah.

Buku yang terbit Februari 2025, Sabtu (28/6) diluncurkan ke publik di Gedung Kesenian Palembang dengan tajuk “Diskusi dan Bedah Buku dalam Rangka Peringatan HUT Kota Palembang dan Tahun Baru Islam” dengan menghadirkan pembicara dua orang penulisanya dan Muhamad Nasir Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP).

Dalam diskusi sempat muncul pertanyaan, “Mengapa di Palembang namanya Kantor Wali Kota sementara di kota lain, seperti di Jakarta, Medan atau Surabaya kantor pusat pemerintahan atau yang dibangun zaman kolonial Hinda Belanda disebut Balai Kota dan sampai sekarang masih disebut Balai Kota”.

Pertanyaan tersebut dijawab Dedi Irwanto, “Nama Kantor Wali Kota Palembang bukan disebut Balai Kota karena sejak awal gedung ini berdiri oleh masyarakat disebut sebagai kantor ledeng. Gedung ini memang sejak awal dibangun dan didesain untuk kantor pemerintah Hindia Belanda dan di atasnya ada dibangun menara air atau instalasi penampung air bersih untuk didistribusikan ke pemukiman warga Belanda yang ada di kawasan Kambang Iwak”.

Sejak saat itu menurut Dedi, masyarakat lebih akrab dan lebih dikenal dengan sebutan kantor ledeng atau kantor wali kota sampai sekarang, bukan balai kota. “Pada tahun 1929 dibangun bangun menara air, selain difungsikan sebagai penampung air bersih, bangunan ini pada bagian bawahnya difungsikan sebagai kantor Gemeente dan Gemeente Raad”, katanya.

× Image