Dua Kali Gagal, Udin dari Guru Besar ke Wali Kota Pangkalpinang

KINGDOMSRIWIJAYA – Langit Pangkalpinang pagi itu cerah. Matahari menyinari atap-atap rumah warga yang berderet rapi di kawasan Tuatunu. Suara gamelan Melayu sayup-sayup terdengar dari sebuah acara “nganggung” — tradisi silaturahmi dan makan bersama yang menjadi napas budaya masyarakat Bangka Belitung.
Di tengah kerumunan massa yang datang, seorang pria tersenyum teduh berdiri di panggung kecil, mengenakan baju koko putih dan peci hitam. Ia bukan selebritas, bukan pula pengusaha kaya. Ia seorang profesor atau seorang guru (akademisi) yang dalam perjalanan karir politiknya, dua kali gagal, lalu bangkit, dan akhirnya menang.
“Alhamdulillah, kita sudah mendengarkan pengumuman dari KPU. Saya bersama Desy mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Pangkalpinang yang telah memilih kami”, katanya pelan, tapi penuh keyakinan. Matanya berkaca-kaca. Bukan karena sedih, tapi karena syukur yang terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata biasa.
Nama pria tersebut, Saparudin, di depan namanya tersandang gelar “Profesor”, ditulis lengkap “Prof. Saparudin, M.T., Ph.D". Tapi semua orang memanggilnya “Udin” — panggilan akrab yang membuatnya terasa dekat, seperti tetangga sebelah rumah yang selalu tersenyum saat bertemu di warung kopi.
Di atas panggung yang sama, berdiri seorang perempuan anggun berkerudung, Desi Ayutrisna, yang akrab disapa “Cece Dessy” Wakil Wali Kota dari Profesor Udin. Desi Ayutrisna adalah politisi PDIP yang juga anggota DPRD Pangkalpinang. Cece Dessy adalah istri dari M. Irwansyah, mantan Wali Kota Pangkalpinang yang pernah mengalahkan Udin pada Pilkada 2018. Ini adalah langkah brilian, bukan hanya menyatukan basis politik, tapi juga menyembuhkan luka lama. Dua sosok ini hadir sebagai simbol rekonsiliasi politik yang indah di tengah polarisasi.