Home > Kuliner

Kopi Inspirasi (KI) Eatagram di Pertemuan Pembayun dan Hang Jebat

Kambang Iwak atau Talang Semut, kawasan ini berkembang dan terus menjadi kawasan premium di Palembang untuk urban leisure, menyatukan konsep park city, kuliner, komunitas, serta rekreasi keluarga dalam satu area yang mudah dijangkau, ideal untuk gaya
Kopi Inspirasi (KI) Eatagram di sudut pertemuan Jalan Pembayun dan Jalan Hang Jebat, Talang Semut. (FOTO: Maspril Aries)
Kopi Inspirasi (KI) Eatagram di sudut pertemuan Jalan Pembayun dan Jalan Hang Jebat, Talang Semut. (FOTO: Maspril Aries)

KINGDOMSRIWIJAYA – Jika Anda berkesempatan datang ke Palembang, kemudian menuju salah satu destinasi atau kawsan yang orang Palembang menyebutnya “Kambang Iwak” biasa disingkat “KI” atau “Talang Semut”, saat itu anda merasakan aroma atau bayang-bayang kolonialisme Belanda, di situ masih samar-samar terlihat di antara pepohonan besar yang menaungi Kambang Iwak dan rumah-rumah dengan arsitektur khas di Talang Semut.

Jika bayang-bayang itu melintas, maka Anda bisa membayangkan suasana pada awal abad ke-20, tepat di masa-masa ketika Hindia Belanda tengah giat membenahi kota-kota utama, Palembang salah satunya, mulai diubah dari kota air menjadi kota daratan. Ada jejak kolonial di sana. Masa itu Belanda—setelah menghapus Kesultanan Palembang Darussalam pada 1825—melirik wilayah yang dulunya hanya berupa kebun, rawa, dan relung pinggiran sebagai tapak baru pembangunan kota.

Tren pembangunan daratan itu semakin kentara pada tahun 1920-an hingga 1930-an, saat para insinyur kolonial yang didominasi keturunan Eropa memetakan rencana besar: membangun pemukiman elite di tempat yang lebih tinggi, lebih sejuk, dan dianggap nyaman, menjauh dari kebisingan pasar dan keramaian penduduk lokal. Saat itulah Talang Semut dilahirkan sebagai “Menteng-nya Palembang”—sebuah kawasan hunian mewah, tertata, dan estetis.

Tak lama, di tengah kawasan ini, sebuah taman berwujud kolam retensi besar dirancang yang kemudian menjelma menjadi Kambang Iwak. “Kolam ikan”, begitu makna asal nama itu dalam bahasa Palembang. Taman berair ini tidak semata-mata ditempatkan untuk mempercantik kawasan, tetapi juga untuk menahan limpahan air hujan, sekaligus menjadi sarana olahraga dan rekreasi khusus warga Eropa.

Image
MASPRIL ARIES

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

× Image