Home > Lingkungan

El Nino dan Ancaman Karhutla Masih Mengintai Indonesia

Tahun 2024 karhutla masih mengintai beberapa daerah di Indonesia khususnya provinsi yang langganan karhutla di Sumatera dan Kalimantan.

Rakorsus Antisipasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2024. (FOTO: Humas Kementerian LHK)
Rakorsus Antisipasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2024. (FOTO: Humas Kementerian LHK)

Karhutla El Nino

L Tacconi dalam “Kebakaran Hutan di Indonesia” (2003) menyebutkan bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan karena efeknya dapat terjadi secara langsung bagi ekosistem, berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon dan berdampak pada kelestarian keanekaragaman hayati.

Definisi kebakaran hutan menurut SK Menteri Kehutanan No.195/Kpts-II/1996 yaitu suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungannya. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi hampir setiap tahun walaupun frekwensi, intensitas, dan luas arealnya berbeda

“Karhutla seringkali bukan hanya menjadi bencana lokal dan nasional di Indonesia, namun dampaknya telah meluas menjadi bencana regional. Polusi asap yang dihasilkan oleh karhutla menimbulkan kerugian bagi masyarakat di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara terutama Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam”, tulis Lesi Mareta dan kawan-kawan dalam penelitiannya “Pengaruh Faktor Alami dan Antropogenik Terhadap Luas Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan” (2019).

Mengutip E Aflahah, R Hidayati, R Hidayat, dan F Alfahmi dalam “Pendugaan Hotspot Sebagai Indikator Kebakaran Hutan di Kalimantan Berdasarkan Faktor Iklim” (2019), karhutla dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor aktivitas manusia. Iklim merupakan faktor alami yang dapat memengaruhi cara, tempat dan waktu berlangsungnya peristiwa karhutla. Kondisi iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin) di suatu tempat akan memengaruhi tingkat kekeringan dan penjalaran api.

Menurut data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tahun 2013, penyebab kebakaran di Indonesia berasal dari kegiatan manusia, baik disengaja atau karena lalai. Kegiatan konservasi lahan menyumbang 34 persen, peladangan liar 25 persen, pertanian 17 persen, dan proyek transmigrasi 8 persen.

Penelitian yang dilakukan RK Lestari, M Watanabe, Y Imada, H Shiogama, RD Field, T Takemura, M Kimoto berjudul “Increasing Potential of Biomass Burning over Sumatra, Indonesia Induced by Anthropogenic Tropical Warming” (2014) menemukan, beberapa aktivitas manusia menjadi sumber utama api seperti saat pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan dan kebutuhan tempat tinggal.

× Image