Menikmati Panen Kurma di Taman El Montazah
Menelusuri asal muasal kurma atau buah kurma, para pakar sejarah mencarinya dari catatan tertulis masyarakat Mesir Kuno sebelum dinasti-dinasti Firaun berdiri. Pada masyarakat Mesir kuno, pohon kurma telah digunakan sebagai bahan bangunan, daunnya dianyam untuk kerajinan dan kehidupan sehari-hari lainnya. Pada zaman kekaisaran Yunani-Romawi kuno, biji buah kurma ditemukan di kawasan ibukota kerajaan.
Pada masa itu kurma telah menjadi bahan pangan dan diperdagangkan masyarakat. Menurut Cheng T Chao dan Robert R Krueger dalam “The Date Palm ( Phoenix dactylifera L.)” (2007), buah kurma sudah lama menjadi salah satu tanaman buah penting bagi daerah Semenanjung Arab, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Selama tiga abad terakhir, kurma sudah masuk produksi di beberapa kawasan negara seperti, Indonesia Australia, India/Pakistan, Meksiko, Afrika Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Serikat.
Sebagai buah tertua yang masih hidup di muka bumi, kurma juga telah dibudidayakan bahkan sampai dibudidayakan di Afrika Utara dan Timur Tengah sejak sekitar 5000 tahun lalu. Catatan yang pernah ditemukan di Irak (Mesopotamia) menunjukkan bahwa budidaya kurma sudah ada sejak 3000 SM. Budidaya kurma juga menyebar sampai ke Mesir pada pertengahan milenium kedua SM. Juga sampai ke Eropa.
Orang Spanyol disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan kurma di luar Semenanjung Arab, Afrika Utara dan Timur Tengah, dengan membawa sampai ke Amerika. Sejak dulu, penanaman kurma menjadi simbol kesuburan.
Kisah lainnya, dalam ceritera Yunani kuno, asal muasal nama latin dari kurma (Phoenix) adalah mitologi burung api yang perkasa yang dianggap berasal dari Timur Jauh (far east) dengan bentuk fisik dari tanaman ini menyerupai sayap-sayap dari burung api yang diceriterakan.