Home > Politik

Tidak Ada Petisi di Kampus Kami, Ada Gerakan Moral di Kampus Lain

Bak berbalas pantun, petisi dan manifesto tersebut mendapat respon dari penguasa negeri. Para sivitas akademika dituding sebagai politik partisan, ada orkestrasi politik

Sivitas Akademika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terdiri dari guru besar, mahasiswa, dan dosen menyatakan petisi tentang keprihatinan atas kondisi kebangsaan Indonesia di taman Partere, Senin (5/2/2024). (FOTO: REPUBLIKA/ M. Fauzi Ridwan)
Sivitas Akademika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terdiri dari guru besar, mahasiswa, dan dosen menyatakan petisi tentang keprihatinan atas kondisi kebangsaan Indonesia di taman Partere, Senin (5/2/2024). (FOTO: REPUBLIKA/ M. Fauzi Ridwan)

Mereka berdua menurut Wiratmo Soekito dalam “Cendikiawan dan Politik” yang diterbitkan LP3ES (1983) seringkali mengutip karya Julian Benda tersebut sebagai pondasi gagasan moralitas mereka. Soe Hok Gie dan Arief Budiman melontarkan ide dan gagasan terhadap artikulasi gerakan moral mereka dalam seri tulisan di koran sejak awal 1967.

Julian Benda menggambarkan cendikiawan sebagai sosok manusia ideal yang berprinsip “kerajaanku bukan di bumi ini”. Artinya para cendikiawan dikonstruksi sebagai manusia yang tidak memiliki kepentingan duniawi. Para cendikiawan yang terlibat dalam dunia perpolitikan, bagi Julian Benda dilihat sebagai wujud dari “Penghianatan Intelektual”. Tesis Benda kurang lebih ingin mengatakan bahwa para cendikiawan ideal zaman dulu adalah moralis yang kegiatannya merupakan perlawanan terhadap realisme massa.

Mengutip Muridan S. Widjojo dalam “Penaklukan Rezim Orde Baru, Gerakan Mahasiswa ’98” (1999) menyebutkan gerakan politik menempatkan diri pada pandangan bahwa perubahan politik dapat dilakukan dengan cara mengingatkan para elit politik atau bahkan mengandung kepentingan politik untuk meruntuhkan rezim politik yang berkuasa.

Berbeda dengan gerakan moral, gerakan ini lebih menekankan pada suatu gagasan seperti mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan problem sosial dan berbagai kejahatan moral terhadap masyarakat. Dengan kata lain, kapasitas gerakan moral yang sebatas mengingatkan atau mengimbau penguasa untuk melakukan tugasnya dengan benar. Gerakan moral percaya bahwa suatu rezim bisa diubah dengan cara diimbau dan diingatkan.

Apa yang tengah dilakukan sivitas akademika dari berbagai kampus saat ini adalah gerakan moral yang mendasarkan diri pada pandangan bahwa perubahan politik dapat dilakukan dengan cara “mengimbau” atau “mengingatkan” kepada elit politik.

Jelas bahwa ada perbedaan antara gerakan moral dengan gerakan politik. Menurut Arif Novianto dalam “Pergulatan Gerakan Mahasiswa Dan Kritik Terhadap Gerakan Moral” menyebutkan ada empat dari gerakan moral yang membedakan dengan gerakan politik.

× Image