Home > Politik

Tidak Ada Petisi di Kampus Kami, Ada Gerakan Moral di Kampus Lain

Bak berbalas pantun, petisi dan manifesto tersebut mendapat respon dari penguasa negeri. Para sivitas akademika dituding sebagai politik partisan, ada orkestrasi politik

Sivitas Akademika UGM yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan Petisi Bulaksumur di Balairung UGM, Rabu (31/1/2024). (FOTO: Dok. UGM)
Sivitas Akademika UGM yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan Petisi Bulaksumur di Balairung UGM, Rabu (31/1/2024). (FOTO: Dok. UGM)

Para sivitas akademika dari berbagai kampus di Indonesia melihat, adanya perilaku pengabaian etika, moral, dan nilai-nilai Pancasila, adanya pelanggaran norma konstitusi UUD 1945 diperlihatkan para pejabat publik tanpa rasa malu. Dengan tanggung jawab dan kesadaran moral sivitas akademika menyatakan keprihatinan atas kondisi kebangsaan saat ini.

Guru besar Rhenald Kasali di kanal youtube-nya “Intirigue” menulis, “Gelombang protes meluas. Halus, namun highly credible. Peneliti serangga, astonom yang biasa melihat bintang-bintang di langit, sampai pegiat kesenian Semua turun gunung mengawal demokrasi. Mahasiswa tidak lagi diam”.

Bak berbalas pantun, petisi dan manifesto tersebut mendapat respon dari penguasa negeri. Para sivitas akademika yang sebagian diantaranya adalah guru besar tersebut dituding sebagai politik partisan, ada orkestrasi politik dan dicap sebagai bagian dari strategi politik.

Tentu tudingan tersebut mendapat bantahan dan protes dari para sivitas akademika berbagai kampus. Bahkan kemudian beredar kabar adanya keterlibatan aparat keamanan yang menyasar kepada para pimpinan atau rektor perguruan tinggi untuk membuat video yang berisi apresiasi terhadap kinerja Presiden Joko Widodo.

OTB - Agitprop

Tudingan dari penguasa dengan berbagai diksi atau narasinya yang memojokkan para sivitas akademika tersebut mengingatkan pada narasi atau diksi yang kerap digunakan penguasa Orde Baru (Orba) jika ada kritik atau protes dari civil society. Serupa tapi tak sama.

Dulu tiga tahun sebelum reformasi, pada tahun 1995. Penguasa Orba melalui para menterinya menyatakan di tengah masyarakat ada Organisasi Tanpa Bentuk (OTB). Cap atau tudingan itu awalnya diarahkan pada sisa-sisa Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus bergerak dan tengah menyusun kekuatan kembali. Namun kemudian tudingan OTB melebar tidak hanya pada simpatisan PKI melainkan kepada mereka yang lainnya terus melakukan kritik dan protes terhadap Orba.

× Image