Home > Politik

Tidak Ada Petisi di Kampus Kami, Ada Gerakan Moral di Kampus Lain

Bak berbalas pantun, petisi dan manifesto tersebut mendapat respon dari penguasa negeri. Para sivitas akademika dituding sebagai politik partisan, ada orkestrasi politik

Rektor UII (Universitas Islam Indonesia) Fathul Wahid menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi politik nasional terkini di kampus UII, Sleman, Kamis (1/2/2024). (FOTO: REPUBLIKA/ Febrianto Adi Saputro)
Rektor UII (Universitas Islam Indonesia) Fathul Wahid menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi politik nasional terkini di kampus UII, Sleman, Kamis (1/2/2024). (FOTO: REPUBLIKA/ Febrianto Adi Saputro)

Presiden Soeharto saat itu mengingatkan harus waspada terhadap OTB karena OTB yang berhaluan kiri bisa berangkulan dengan kekuatan ekstrim kanan untuk menghancurkan Pancasila. Penyebaran OTB dilakukan secara halus melalui diskusi dan cara-cara persuasif lainnya.

Selain OTB pada masa itu ada cap dengan istilah Agitrop atau singkatan dari Agitasi dan Propaganda. Tudingan OTB tersebut melekat pada sejumlah tokoh yang pada masa itu memang kerap berseberangan dengan penguasa Orde Baru. Penguasa juga melansir indikasi adanya 15 nama tokoh yang terkait dengan OTB tersebut. Ada George J. Aditjondro (dosen UKSW), Mochtar Pakpahan (SBSI), Pramoedya Ananta Toer (sastrawan), Sri Bintang Pamungkas (politisi), Arief Budiman (budayawan), Mulyana W Kusumah (YLBHI), HJC Princen (LPHAM), Oei Tjoe Tat, Permadi dan lainnya.

Gerakan Moral

Selain membantah tudingan partisan, para guru besar dan sivitas akademika dari berbagai kampus tersebut menyatakan bahwa petisi atau manifesto yang mereka sampaikan bukan sebagai gerakan politik. Para guru besar menyatakan bahwa yang terjadi saat ini dari berbagai kampus di Indonesia adalah gerakan moral.

Apa itu gerakan moral? Sebelum menjawab pertanyaan ini mari simak pernyataan pakar politik Arbi Sanit yang juga pernah menjadi dosen di Fisip Universitas Indonesia (UI) dalam bukunya “Reformasi Politik” (1998) menyebutkan, “Dalam situasi di mana berlangsung pemusatan kekuasan pada negara-penguasa-pemerintah, masyarakat (rakyat) terkooptasi dan terkendali, sehingga lembaga politik mandul untuk membela dan memperjuangkan nilai dan kepentingan warganya, adalah wajar bila mahasiswa dan kaum intelektual lainnya memerankan fungsi lembaga politik untuk atau atas nama masyarakat”.

Jadi apa yang salah dengan gerakan moral sivitas akademika khususnya para guru besar yang merupakan kaum intelektual pada berbagai kampus di Indonesia? Atau apa yang salah dengan demonstrasi mahasiswa yang marak saat ini?

Dulu ada yang mengatakan “Penghianatan Kaum Intelektual” kaya Julian Benda adalah pondasi dari gerakan moral di Indonesia. Pioner dari kekuatan moralitas di Indonesia diantaranya adalah dua orang kakak beradik Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin (Arief Budiman) yang kuliah di Universitas Indonesia (UI) dan juga bagian dari mahasiswa Angkatan 66 yang dengan lantang menuntut Soekarno mundur.

× Image