Tentara Israel Membunuh Wartawan adalah Kejahatan Perang
Pemerintah Israel berupaya memberlakukan penutupan total media di Gaza sebagai bagian dari blokade di wilayah tersebut. Ada sekitar 50 media di Gaza telah dirusak atau dihancurkan oleh serangan udara Israel sejak konflik pada 7 Oktober 2023. Blokade Israel di Jalur Gaza telah menghambat operasi sebagian besar dari 24 stasiun radio di wilayah tersebut.
Menteri Komunikasi Israel Shloma Kar pada pertengahan Oktober menyatakan, mencari kemungkinan penutupan biro lokal Al Jazeera, dan menuduh stasiun berita Qatar itu melakukan hasutan pro-Hamas dan membuat tentara Israel terkena potensi serangan dari Gaza.
Shireen Abu Akleh
Apa yang terjadi di Gaza dengan jumlah puluhan wartawan dan pekerja media yang tewas diujung peluru tentara Israel, bukanlah pembunuhan yang pertama atau ke dua. Jauh sebelumnya, sejak Israel terus merebut wilayah atau tanah Palestina, sejak saat itu satu persatu wartawan berguguran.
Republika pernah membuat data grafis jumlah wartawan yang tewas ditembak atau terkena serangan udara Israel sejak tahun 2000 sampai 2018. Tercatat ada 40 wartawan yang terbunuh.
Sebelum penyerangan atau aneksasi ke Gaza, pada 15 Mei 2022, Shireen Abu Akleh (51 tahun) jurnalis senior Al Jazeera berkebangsaan Palestina dan berkewarganegaraan AS tewas tertembak di kepala saat sedang meliput aksi penggerebekan militer Israel di kamp pengungsi di Jenin, Tepi Barat.
Amerika Serikat (AS) mengutuk keras pembunuhan Shireen Abu Akleh melalui Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki. Menurutnya, AS akan terus mempromosikan kebebasan media dan melindungi kerja-kerja jurnalis. “Kematiannya (Abu Akleh) adalah kehilangan yang tragis dan penghinaan terhadap kebebasan media di manapun”, katanya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mendesak Israel segera menyelesaikan penyelidikan atas kematian jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres dalam pernyataan tertulis juga mengecam pembunuhan tersebut. Sekjen PBB mengecam semua serangan dan pembunuhan terhadap jurnalis dan mengingatkan bahwa jurnalis tidak boleh menjadi target kekerasan.
Pekerja media harus bertugas secara bebas dan tanpa kekerasan, intimidasi, atau tanpa rasa takut menjadi target. “Kebebasan pers sangat penting untuk perdamaian, keadilan, pembangunan berkelanjutan dan HAM”, ungkap Antonio Guterres.
Walau mendapat kutukan dan kecaman dari penjuru dunia, pemerintah zionis Israel malah berkelit dengan menuding militan Palestina yang menembak Shireen Abu Akleh. Palestina telah menyangkal tuduhan Israel tersebut. Tidak ada kelompok militan di antara warga Palembang terlebih terlebih memiliki senjata berat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa pembunuhan jurnalis senior Shireen Abu Akleh di Tepi Barat merupakan bentuk dari pelanggaran hukum internasional. Shireen terkena tembakan ketika sedang meliput bentrokan.
Kecaman juga datang dari Kepala UNESCO Audrey Azoulay. Menurutnya kematian jurnalis Shireen yang sedang meliput peristiwa apa lagi sudah jelas saat tertembak dia memakai jaket bertuliskan “pers”.
Dalam situasi perang dikenal ada wartawan atau jurnalis yang melekat pada kekuatan militer (embedded journalist), ada juga jurnalis yang bergerak melaksanakan liputan secara independen tanpa terikat dengan pihak atau militer yang bertempur. Di Gaza banyuak wartawan yang melaksanakan liputan secara independen.