Partisipasi Politik dalam Pilkada Merujuk pada Bruce I Newman
Newman mengingatkan bahwa kampanye politik modern menggunakan data dan analisis pasar untuk memahami pemilih secara lebih mendalam. Mereka memetakan profil demografis, psikografis, dan perilaku pemilih untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok target tertentu, mirip dengan cara perusahaan memetakan pasar konsumen. Berdasarkan informasi tersebut, kandidat dapat memodifikasi pesan politik mereka agar sesuai dengan segmen-segmen pemilih yang berbeda, serta menyesuaikan strategi komunikasi yang lebih tepat sasaran.
Dalam pemasaran politik menurut Newman adalah faktor yang sangat penting yakni peran media dalam membentuk persepsi pemilih. Di era digital, media massa dan media sosial menjadi alat utama bagi kandidat untuk menyampaikan pesan politik mereka dan mempengaruhi pemilih. Media memainkan peran penting dalam membentuk citra kandidat, menyoroti isu-isu tertentu, serta memfasilitasi debat publik.
“Kampanye politik modern harus memperhatikan media tradisional (seperti televisi, radio, dan surat kabar) dan media digital (seperti media sosial, blog, dan situs web). Kedua saluran ini memiliki audiens yang berbeda, namun sama-sama penting dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi partisipasi politik”, tulis Newman.
Meskipun pemasaran politik dapat membantu memperkuat partisipasi pemilih dengan cara mengkomunikasikan pesan politik yang lebih efektif. “Pendekatan ini memiliki tantangan dalam konteks demokrasi. Salah satu tantangan utama adalah adanya risiko manipulasi pemilih melalui pesan-pesan kampanye yang bersifat emosional dan populis. Jika tidak dikelola dengan baik, pemasaran politik bisa mengarah pada politik pencitraan yang lebih mengutamakan penampilan daripada substansi kebijakan”.