Partisipasi Politik dalam Pilkada Merujuk pada Bruce I Newman
Dan pemasaran politik atau marketing politics dalam pandangannya meliputi serangkaian aktivitas yang dirancang untuk mempengaruhi persepsi pemilih tentang kandidat atau partai politik. Ini mirip dengan bagaimana perusahaan memasarkan produknya ke konsumen menggunakan pemasaran untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli produk atau layanan yang ditawarkan.
Dalam konteks pemilu, kampanye politik berperan sebagai saluran komunikasi yang digunakan untuk mempromosikan kandidat atau platform politik. Kandidat, dalam hal ini, harus memperhatikan preferensi, kebutuhan, dan aspirasi pemilih, kemudian menyesuaikan pesan dan strategi kampanye mereka agar relevan dengan audiens yang berbeda. Ini termasuk penggunaan media massa, debat politik, iklan televisi, media sosial, hingga interaksi langsung melalui kampanye tatap muka.
Newman juga menyoroti bahwa kampanye politik modern menggunakan data dan analisis pasar untuk memahami pemilih secara lebih mendalam. Mereka memetakan profil demografis, psikografis, dan perilaku pemilih untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok target tertentu, mirip dengan cara perusahaan memetakan pasar konsumen. Berdasarkan informasi ini, kandidat dapat memodifikasi pesan politik mereka agar sesuai dengan segmen-segmen pemilih yang berbeda, serta menyesuaikan strategi komunikasi yang lebih tepat sasaran.
Newman menggunakan apa yang ia sebut sebagai "Strategic Political Marketing" (SPM), sebuah pendekatan yang menggabungkan prinsip-prinsip pemasaran, perilaku konsumen, dan komunikasi politik untuk memahami bagaimana kampanye politik mempengaruhi partisipasi pemilih. Melalui model ini, ia menganalisis interaksi antara kampanye, pesan politik, kandidat, dan pemilih, dengan fokus pada bagaimana keputusan pemilih dapat dipengaruhi oleh teknik pemasaran.
Menurutnya, dalam kontestasi politik, kampanye politik berperan sebagai saluran komunikasi yang digunakan untuk mempromosikan kandidat atau platform politik. Kandidat, dalam hal ini, harus memperhatikan preferensi, kebutuhan, dan aspirasi pemilih, kemudian menyesuaikan pesan dan strategi kampanye mereka agar relevan dengan audiens yang berbeda. Ini termasuk penggunaan media massa, debat politik, iklan televisi, media sosial, hingga interaksi langsung melalui kampanye tatap muka.