Novel Biografi HR Rasuna Said Singa Podium Cara Khairul Jasmi Berkias
Gaya Bahasa Kiasan
Dalam terori bahasa dengan mengutip pakar bahasa Gorys Keraf dalam “Diksi dan Gaya Bahasa” (2006), bahwa gaya bahasa kiasan yang terbagi atas; (1) persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain; (2) metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat; (3) personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
(4) eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu; (5) Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat; (6) hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain.
Sementara itu menurut Menurut Harimurti Kridalaksana dalam “Kamus Linguistik”, (1982) dan Rachmat Djoko Pradopo dalam “Teori Sastra, Metode Kritik Dan Penerapannya” (2010), bahasa kiasan (figuratif) disebut figure of rhetorical figure yaitu alat untuk memperluas makna kata atau kelompok kata yang memperoleh efek tertentu dengan membandingkan atau mengasosiasikan dua hal. Dari pendapat itu dapat diartikan bahasa kiasan merupakan alat untuk memperluas makna kata yang bertujuan memperoleh efek tertentu dengan membandingkan dua hal.
Pendapat tersebut dipertegas Pradopo bahwa bahasa kias ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan yang lain agar gambaran lebih jelas, lebih menarik dan lebih hidup.
Sebagai penutup melengkapi kiasan-kiasan yang ditulis Khairul Jasmi dalam novelnya yang telah terbit dan beredar dari Republika Penerbit, ada satu kiasan yang sangat terkenal di ranah Minangkabau pada masa Orde Baru yang bisa menjadi kutipan yakni, “Batang Tarandam Telah Bangkit” yang artinya menurut Saafroeddin Bahar dalam “Etnik, Elite, dan Integrasi Nasional Minangkabau 1945-1984” menunjuk pulihnya harga diri dan kehormatan kaum.
Apa yang tertulis sebagai bahasa kias dalam novel “HR Rasuna Said Singa Podium” dapat dikatakan KJ melalui bentuk, sifat, dan ciri alam, ia metaforakan ke segala aspek kehidupan untuk kemudian pembaca bisa memetiknya sebagai bagian pengajaran dan pandangan hidup.
Menurut Yendra, cara berfikir orang Minangkabau yang bersifat metaforikal ini merupakan perwujudan dari filosofi Alam Takambang Jadi Guru yang dianut oleh masyarakat. Alam menjadi guru (panutan) bagi orang Minangkabau dalam memaknai kehidupan. Dan Khairul Jasmi yang kini Pemimipin Redaksi Harian Singgalang yang terbit di Padang dan juga Komisaris PT Semen Padang adalah orang Minangkabau. (maspril aries)