Home > Literasi

Novel Biografi HR Rasuna Said Singa Podium Cara Khairul Jasmi Berkias

Pada 1948 itu negara sedang genting, perundingan dengan Belanda bak ketiak ular, tak selesai-selesai.

HR Rasuna Said dan Presiden Soekarno. (FOTO: IG @jasmi.khairul)
HR Rasuna Said dan Presiden Soekarno. (FOTO: IG @jasmi.khairul)

Ini merupakan kiasan yang tidak semua orang bisa memahami dan mengerti artinya. “Bak ketiak ular”, ada yang tahu artinya? Mencari ketiak ular saja tidak ketemu, bagaimana mencari arti kiasan kalimat tersebut. KBBI menulis arti dari “ketiak ular” sebagai sesuatu yang panjang berlanjut; tidak putus-putusnya.

Dalam konteks jurnalistik mengingat Khairul Jasmi atau KJ seorang jurnalis atau wartawan, pada sebuah acara di televisi, wartawan senior Karni Ilyas pernah ditanya pelawak Cak Lontong tentang arti dari “Naskah Ketiak Ular” yang sering diucapkannya.

Karni menjelaskan maksud dari ungkapan atau kiasan “Naskah Ketika Ular” adalah naskah yang dibuat oleh wartawan sering tidak jelas ujung dan pangkalnya. Struktur kalimat tidak jelas hingga sulit dipahami oleh pembaca, dan hal tersebut diartikan Karni Ilyas seperti ketiak ular yang tidak diketahui keberadaannya.

Agar tidak berlama-lama mencari ketiak ular, mari kembali membaca berbagai kiasan dalam novel HR Rasuna Said Singa Podium. Dalam hal yang berkaitan dengan bahasa, pada masyarakat Minangkabau kerap ditemukan kecenderungan kultural , yaitu memiliki tradisi berkias dalam berbahasa. Tradisi berkias itu tercantum di dalam karya sastra, ada dalam lirik puisi, dalam lirik lagu dan tentunya pantun.

Mengutip Yendra dalam “Wujud Kias Dalam Tambo Minangkabau” (2016), sesuai dengan pengertiannya, bahasa kias merupakan salah satu cara dalam bertutur dalam bentuk perbandingan, persamaan, sindiran, dan analogi. Penggunaan bahasa kias hampir mendominasi dalam menyampaikan cerita dalam Tambo Minangkabau (TM). Bahasa-bahasa kias yang muncul di dalam TM memiliki wujud yang beragam. Wujud yang dimaksud adalah wujud bahasa kias Minangkabau yang mencakup gaya bahasa seperti simile, metafora, personifikasi, alegori, parabel, sinekdoke, epitet, eponim, panomasia, antonomasia.

Berkias dapat dikatakan sebagai salah satu ciri berbahasa Minangkabau. Menurut Oktavianus dalam “Kiasan Dalam Bahasa Minangkabau” (2022), bertutur berkias adalah salah satu cara berbahasa yang meninggikan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan berkias, mitra tutur tidak langsung merasa dirugikan karena maksud yang disampaikan secara tidak langsung. Disamping itu, pada konteks tertentu, kiasan dapat menjaga harga diri mitra tutur jika suatu maksud ingin juga disampaikan di depan umum. Ungkapan manusia tahan kias binatang tahan palu adalah suatu cerminan pentingnya kiasan dalam suatu pertuturan. Kehadiran buku ini sejatinya.

× Image