Home > Literasi

Novel Biografi HR Rasuna Said Singa Podium Cara Khairul Jasmi Berkias

Pada 1948 itu negara sedang genting, perundingan dengan Belanda bak ketiak ular, tak selesai-selesai.

Khairul Jasmi berziarah ke makam pahlawan nasional HR Rasuna Said di TMP Kalibata, Jakarta. (FOTO: IG@jasmi.khairul)
Khairul Jasmi berziarah ke makam pahlawan nasional HR Rasuna Said di TMP Kalibata, Jakarta. (FOTO: IG@jasmi.khairul)

Mengutip Khaidir Anwar dalam “Semantik Bahasa Minangkabau” (1992), kemampuan memahami kedua hal (bahasa dan adat) sangat diperlukan karena cara berpikir orang Minangkabau pada umumnya bersifat metaforik dan cenderung tidak berterus terang, apalagi untuk hal-hal yang sangat sensitif dan menyangkut harga diri.

Dalam buku “Kiasan Dalam Bahasa Minangkabau” menjelaskan bahwa kiasan dalam bahasa Minangkabau muncul pada hampir semua ranah pembicaraan. Disamping itu, kiasan juga dipakai baik di daerah pedesaan maupun kota. Ungkapan Minangkabau yang mengandung kiasan beragam jenisnya karena sumber inspirasi pembentuk kiasan juga sangat banyak.

Kiasan dibentuk dengan menggunakan benda-benda, sifat-sifat, aktivitas dan peristiwa yang ada di lingkungan penuturnya. Kiasan adalah perumpamaan, ibarat, sindiran dan analogi. Komponen yang melekat pada lambang kias diumpamakan, diibaratkan, disindirkan dan dianalogikan ke sikap, perilaku dan peristiwa yang dialami oleh manusia. Lambang kias itu sendiri diambilkan dari aneka flora, fauna, peralatan dan benda-benda yang digunakan dalam aktifitas sehari-hari.

Dengan kata lain aneka flora, fauna, peralatan dan benda-benda yang ada dilingkungan penutur dijadikan sebagai sumber inspirasi pembentuk kiasan. Wilayah Minangkabau secara geografis terdiri dari kawasan perbukitan, dataran rendah dan dataran tinggi. Secara umum masing-masing kawasan ini memiliki tanah yang subur dan iklim yang cocok bagi tumbuhnya aneka flora. Aneka flora itu merupakan sumber inspirasi bagi pembentukan kiasan.

Bahasa kias dapat juga disebut sebagai bahasa hikmah yang tidak bisa dipahami semata-mata melalui rasio. Sebagai bahasa hikmah, kiasan dapat melewati zaman karena fenomena dan peristiwa yang dikias senantiasa muncul sepanjang masa.

Beberapa kiasan yang digunakan Khairul Jasmi dalam novel “H.R. Rasuna Said Singa Podium” di antaranya, “Dan ia anak Maninjau, kaldera mati dan danau bening dan danau bening itu adalah lumbung orang-orang cerdas”. (baca pada Pembuka Lembaran). Adakah orang cerdas yang terlahir dari danau bening, bukankah orang cerdas itu terlahir dari manusia?

× Image