Literasi dan Budaya Baca Berdetak di atas Kereta LRT
Bagaimana di Indonesia? Banyak penelitiannya menyebutkan, minat baca rendah dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap fenomena literasi sehingga semakin mengukuhkan permasalahan literasi masyarakat Indonesia.
Pada penelitian dari T Apriyani, “Pembelajaran Sastra Populer Berbasis Wattpad sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Baca Tulis” (2020) dan A Permatasari “Membangun Kualitas Bangsa dengan Budaya Literasi” (2015) menyebutkan, bahwa permasalahan literasi di Indonesia menjadi fenomena yang termarginalkan dan tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Jika berpedoman pada beberapa data survei, literasi Indonesia selalu berada diperingkat paling bawah. Kondisi literasi di Indonesia yang rendah memperlihatkan perlu adanya akselerasi guna mempercepat ketertinggalan. Gerakan membaca dalam transportasi umum seperti di dalam LRT yang nyaman menjadi salah satu bentuk akselerasi gerakan literasi di Sumatera Selatan dan Indonesia.
JS Khairen
Bentuk akselerasi lain yang dilakukan Palembang Book Day dan Kelana Book Club adalah “Bincang Novel bersama JS Khairen” yang berlangsung di sebuah toko buku terbesar di Palembang. Acara mendapat apresiasi dari puluhan anak muda kelompok milenial, Gen Z dan Post Gen Z. Mereka datang mengikuti bincang-bincang dengan novelis kelahiran Padang, 23 Januari 1991.
Yang menganggumkan mereka datang dengan membawa novel-novel karya dari putra sastrawan Minangkabau, Khairul Jasmi. Buku novel yang mereka bawa bukan satu, ada yang membawa lebih dari 10 novel penulis bernama lengkap Jombang Santani Khairen.
Pemandangan itu menjadi potret bahwa bibit budaya baca itu sudah ada walau mungkin komunitas mereka kecil, namun dengan semangat terus menggelorakan gerakan literasi atau budaya baca patut mendapat apresiasi dan dukungan, khususnya dari pemerintah daerah setempat.
Terhadap apa yang dilihat dan dilakukan anak-anak muda yang tergabung di Palembang Book Day dan Kelana Book Club, juga komunitas baca dan literasi lainnya mengingatkan saya pada pernyataan Anies Baswedan saat berkampanye keliling Indonesia pada pemilihan presiden yang lalu.