Home > Literasi

Literasi dan Budaya Baca Berdetak di atas Kereta LRT

Aksi anak-anak muda dari dua komunitas tersebut membaca buku di atas LRT yang tengah melaju, kalau kata orang Palembang, sepur di pucuk.
Baca buku di kereta LRT yang melaju. (FOTO: Tangkapan Layar Palembang Book Day)
Baca buku di kereta LRT yang melaju. (FOTO: Tangkapan Layar Palembang Book Day)

KINGDOMSRIWIJAYA – Melihat banyak orang membaca buku di dalam transportasi umum yang tengah melaju seperti di dalam kereta atau bus menjadi pemandangan yang jamak di negara-negara kawasan Eropa dan Jepang. Di negara tersebut membaca sudah menjadi tradisi, makanya tidak aneh jika peringkat minat baca di sana tinggi.

Bagaimana jika dalam satu gerbong kereta penumpangnya ramai-ramai membaca buku dan itu ada di Palembang? Mustahil, jawabannya. Tapi itu menjadi tidak mustahil ketika aktivis gerakan literasi yang tergabung dalam komunitas Palembang Book Day (@plbbookparty) berkolaborasi bersama Kelana Book Club (@kelanabookclub) melakukan aksi membaca buku ramai di atas gerbong LRT (Lintas Rel Terpadu) Sumatera Selatan (@lrtsumselofficial) yang tengah melaju. Aksi literasi ini terjadi 9 Mei 2024.

Diunggahan Instagram @plbbookparty dan @kelanabookclub menayangkan video aksi anak-anak muda dari dua komunitas tersebut membaca buku di atas LRT yang tengah melaju, kalau kata orang Palembang, “Sepur di pucuk”. Mereka selain berkampanye tentang gerakan literasi sekaligus tengah menyebarkan “virus membaca”.

Melalui aksi yang cerdas, bernas dan inspiratif, apa yang mereka lakukan membuat saya teringat pada ucapan Paul Jennings penulis dari Australia, “Tak ada gunanya mencoba menularkan “virus’ membaca ke dalam diri anak-anak jika Anda sendiri tak pernah memilikinya”. Bagi mereka berbuat untuk gerakan literasi membaca tidak harus menyandang dului gelar duta baca, putra baca, putri baca atau bunda baca dan sebagainya. Gerakan literasi itu adalah aksi, bukan seremonial di atas panggung yang dipuji-puji pejabat.

Dalam video berdurasi 27 detik, pegiat literasi Riyadi Oyad membukanya dengan pertanyaan, “Cak mano menurut kamu lur, kalau transportasi umum di Palembang itu isinyo wong baco buku galo?”

Pada laman instgram @riyadiorad menulis, “Semua orang memang bisa membaca, semua orang punya buku, ada orang yang membawa buku ke mana-mana, ada orang membaca di rumah, ada orang hanya membaca di saat ingin membaca, ada orang yang membaca mencari tempat tenang dan sunyi.”

× Image