Home > Literasi

Hari Kemerdekan Pers Sedunia dan Jurnalis Perempuan (Selamat Jalan Nurseri)

Jurnalis perempuan adalah sebutan bagi perempuan yang melakukan pekerjaan jurnalisme dan memilih profesi jurnalis. Mereka menerjunkan dirinya pada bidang profesi yang didominasi laki.

Memperingati Hari Kemerdekaan Pers Sedunia Kementerian Kominfo pernah menerbitkan perangko. (FOTO: Kominfo.go.id)
Memperingati Hari Kemerdekaan Pers Sedunia Kementerian Kominfo pernah menerbitkan perangko. (FOTO: Kominfo.go.id)

Pada waktu yang hampir bersamaan, Dinda yang jago sebagai jurnalis bidang ekonomi meraih berbagai prestasi pada lomba karya jurnalistik mendapat promosi sebagai Kepala Biro Harian Bisnis Indonesia Biro Jawa Barat (Jabar), dan Dolly juga banyak meraih prestasi jurnalistik dan spesialis reporter olahraga mendapat promosi menjadi Kepala Biro Antara Jambi.

Perempuan dan Gender

Para jurnalis perempuan Sumsel tersebut mereka adalah perempuan yang memilih profesi jurnalis sebagai medan pengabdiannya dalam perjalanan hidup mereka, tentu juga sebagai ibu rumah tangga bagi keluarganya.

Jurnalis perempuan adalah sebutan bagi perempuan yang melakukan pekerjaan jurnalisme dan memilih profesi jurnalis. Mereka menerjunkan dirinya pada bidang profesi yang didominasi laki. Harus diakui, lanskap media di Indonesia belum benar-benar berubah, masih dianggap maskulin.

Dalam dunia jurnalisme tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di tengah masyarakat, masih dijumpai perlakuan tidak proporsional dialami kaum perempuan. Ini adalah masalah sosial yang masih dijumpai. Kondisi itu juga ditemukan dalam dunia pers Indonesia. Jurnalis perempuan dipandang sebelah mata, dan menganggap profesi jurnalis atau wartawan adalah milik laki-laki.

Dari penelitian M Herawati dalam “Pemaknaan Gender Perempuan Pekerja Media” (2016) menyebutkan, bahwa keterlibatan perempuan di ranah publik sering berhadapan dengan pandangan bias gender yang lebih menempatkan peran perempuan di ranah domestik. Pekerjaan media umumnya dipandang sebagai pekerjaan laki-laki. Perempuan pekerja media berada di dunia yang maskulin.

Namun lambat laun tumbuh kesadaran dan muncul pemikiran bahwa kepekaan setiap lapisan masyarakat agar dapat menangkap fenomena sosial yang tengah berkembang melalui perspektif gender, perlu ditumbuhkan.

Dalam buku berjudul “Media dan Gender Perspektif Gender atas Industri Suratkabar Indonesia” yang diterbitkan LP3Y (Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya) (1999) menyebutkan, “Perpektif gender dipandang sebagai suatu perangkat teoritis dalam mensikapi persoalan-persoalan yang muncul di tengah perkembangan kehidupan sosial”.

× Image