Kapan Wartawan Datang ke Perpustakaan? (Artikel Hari Buku Sedunia yang Terlambat)
Seorang jurnalis atau wartawan adalah intellectual in action. Jadi menulis atau menerbitkan buku bagi wartawan adalah simbol intelektualitas. Istilah kuli tinta atau kuli flashdisk dan gadget tidak pantas dilekatkan pada seorang jurnalis atau wartawan.
Bagi seorang wartawan sebagai pemustaka berkunjung ke perpustakaan bisa saja untuk sekedar membaca, atau memanfaatkan perpustakaan dengan berbagai koleksi untuk menunjang atau memperkaya informasi artikel atau berita yang akan ditulis. Dengan memanfaatkan perpustakaan juga bisa meningkatkan produktifitas wartawan dalam menulis berita atau artikel.
Jadikan perpustakaan umum atau perpustakaan khusus yang ada sebagai bagian pusat data untuk menunjang tugas seorang wartawan atau jurnalis. Boleh juga seorang wartawan kelak waktu menjadi pustakawan, dan itu ada wartawan menjadi pustakawan seperti ditulis wartawan senior Parni Hadi dalam tulisan berjudul “Soebagijo IN : Sejarawan Pers Indonesia” (2014)
Parni Hadi yang pernah menjabat Pemimpin Redaksi Republika, Direktur Utama Antara dan Direktur Utama LPP RRI menulis, Soebagijo Ilham Notodijojo yang menulis namanya Soebagijo IN Djamaludin Adinegoro dan Gusti Emran pernah diundang menghadiri Sidang Umum PBB tahun 1957. Kemudian menjadi kepala perwakilan Antara di Beograd, ibu kota Yugoslavia, tahun 1966-1968. Sepulang dari Beograd, ia menjadi Kepala Bagian Perpustakaan, Riset, dan Dokumentasi Antara sampai pensiun tahun 1981.
Menurut Parni Hadi, salah satu nasihat Pak SIN (singkatan namanya/ nama pena) kepada wartawan-wartawan muda yang selalu saya ingat adalah: “Jangan hanya menjadi wartawan, tapi juga pengarang buku”.
Selamat Hari Buku Sedunia. (maspril aries)