Dari New York Lahir Karya AD Pirous Lukisan Kaligrafi Surat Al Ikhlas
Atau seni lukis Islami di Indonesia mulai populer sejak tahun 1970-an, akibat masuknya suatu ciri atau materi tertentu sebagai tanda keislaman seperti kaligrafi ayat Alquran, berbentuk gerakan ibadah salat, berdoa, gambar masjid, dan lain-lain. Menurut Ade Setiawan, dalam karya-karya seni itu para senimannya menciptakan suasana yang berasosiasi kepada agama Islam sehingga menghasilkan karya-karya seni yang benuansa Islam.
Menurut AD Pirous, secara garis besar kaligrafi mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide, yang produk berupa informasi, pengetahuan dan dakwah. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya merupakan karya seni. Kedua fungsi ini mempunyai ruang lingkup tersendiri, dengan pendukung, sejarah, landasan berpikir dan rasionalitas tersendiri.
Kini maestro seni rupa Indonesia AD Pirous telah pergi ke haribaan Illahi namun karya-karyanya khususnya lukisan kaligrafi tetap abadi. Kolektor lukisan dan pelukis Syakieb Sungkar dalam artikelnya berjudul Pirous yang terbit di Jurnal Dekonstruksi (2023) menuliskan, “Dalam catatan saya, karya pertamanya yang berbelok ke kaligrafi Islam itu adalah karya grafis yang berjudul “Surat Ichlas” yang dibuatnya tahun 1970. Karya tersebut dipamerkan pertama kali dalam pameran “Group 18” di Taman Ismail Marzuki, tahun 1971”.
Katalog pameran lukisan saat itu juga menjadi bukti menarik kalau ada pertanyaan, siapa duluan yang membuat karya kaligrafi, Pirous atau Ahmad Sadali? Jawabnya adalah Pirous. Dalam hal kaligrafi, Sadali terlambat satu dekade dibandingkan Pirous. Karya-karya kaligrafi Sadali baru dimulai tahun 1981. Sebelum tahun itu, Sadali masih sibuk dengan Gunungan emas
Dengan mengutip dari buku “AD Pirous – Vision, Faith and Journey in Indonesian Art, 1955-2002”, bahwa bakat seni AD Pirous didapatkan dari ibunya, seorang asli Aceh yang sangat ahli menyulam di atas kain, beludru, lakan, dan kain sutra dengan benang-benang emas yang digunakan dalam upacara perkawinan dan sunatan.
Saat berkuliah Pirous sering berkonflik dengan Ries Mulder, gurunya di ITB, yang berusaha mencangkokkan seni rupa Barat ke dalam dirinya. Penolakan atas Reis, mengantarkannya pada era baru pasca perlawanan terhadap propaganda Realisme Sosialis. (maspril aries)