Home > Literasi

Para Penerima Barokah Ramadhan

Barokah nyata harusnya jadi barokah batiniah yang mampu membersihkan lahir dan batin. Barokah yang ditunggu-tunggu setiap tahun, karena Ramadhan tidak saja memperbaiki diri tapi juga membantu sisi ekonomi.

Pedagang takjil melayani para pembeli di Pasar Kauman, Yogyakarta (Ilustrasi). (FOTO: Republika/Wihdan Hidayat)
Pedagang takjil melayani para pembeli di Pasar Kauman, Yogyakarta (Ilustrasi). (FOTO: Republika/Wihdan Hidayat)

Keempat, selain para Ustaz, di beberapa masjid juga memberikan perhatian khusus kepada Bilal dan Imam. Ini terjadi jika Imam berbeda dengan penceramah. Apapun itu tetap saja ini sebuah barokah yang nyata, bisa dinikmati langsung selepas dari masjid.

Kelima, kas masjid. Ini harus diakui sebagai barokah berjamaah. Banyaknya sedekah yang diberikan para jemaah ke celengan masjid di Ramadhan tentu menjadi berkah luar biasa bagi masjid tersebut. Banyaknya kas masjid akan mengalir ke berbagai hal, mulai dari kondisi fisik masjid, fasilitasnya, honor pengurus, dan diharapkan kepada kaum dhuafa yang tinggal di sekitar Masjid. Jumlahnya memang variatif, tergantung banyak tidaknya jamaah. Tetapi bisa diperkirakan dalam hitungan satu bulan akan cukup besar. Salah satu Masjid yang saya datangi, bahkan bisa mengumpulkan infaq jamaah dalam satu malam mencapai Rp2.000.000. Jika dikalkulasikan 30 hari, sungguh potensi yang luar biasa.

Keenam, para pengemudi ojek online (ojol). Terhadap ini mungkin perlu pembuktian lebih jauh. Tetapi sejauh yang bisa diamati, lalu lalang ojol di Ramadhan cukup tinggi. Tidak hanya antar mengantar penumpang, tapi mulai adanya kebiasaan masyarakat untuk memesan makanan secara online. Selain itu, ada pula kebiasaan positif dari warga yang memberikan sedekahnya dengan “mentraktir” para ojol. Caranya sederhana, pembeli memesan makanan via aplikasi online, dibayar secara online langsung, lantas saat akan diantarkan ke pembeli dijawab dengan pesan singkat “silahkan untuk Bapak saja untuk penambah buka puasa bersama keluarga”. Sungguh barokah yang nyata. Saya pernah dengar cerita seorang pengemudi ojol yang bersyukur bisa makan Pizza terenak bersama anak istrinya dengan cara seperti ini.

Ketujuh, pengusaha rumah makan dan karyawannya. Ada sebuah kebiasaan masyarakat perkotaan sekarang ini untuk melakukan buka puasa bersama di rumah makan. Kegiatan ini rutin diadakan setiap Ramadhan. Yang namanya buka bersama tentu jumlahnya tidak sedikit, bisa sepuluh, dua puluh bahkan lebih. Perhatikanlah beberapa rumah besar di Palembang, akan penuh menjelang magrib. Sungguh ini keberkahan, yang tidak saja bagi pemilik, tentu mengalir juga ke para karyawan.

× Image