Home > Literasi

Para Penerima Barokah Ramadhan

Barokah nyata harusnya jadi barokah batiniah yang mampu membersihkan lahir dan batin. Barokah yang ditunggu-tunggu setiap tahun, karena Ramadhan tidak saja memperbaiki diri tapi juga membantu sisi ekonomi.

Salat tarawih di Masjid Raya Uswatun Hasanah, Jakarta Barat (Ilustras). (FOTO: Republika/ Thoudy Badai)
Salat tarawih di Masjid Raya Uswatun Hasanah, Jakarta Barat (Ilustras). (FOTO: Republika/ Thoudy Badai)

Selain hikmah batiniah, ada hikmah mendasar lainnya dari Ramadhan yang disebut berkah atau barokah. Secara harfiah “berkah” berasal dari kata barokah yang berarti “nikmat” atau diterjemahkan juga sebagai karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi manusia. Ramadhan dikatakan sebagai bulannya nikmat atau barokah. Berkah ini bisa batiniah (tidak tampak), tapi juga ada yang lahiriah (terlihat dan terasakan). Coba kita bahas dan diskusikan, khususnya hikmah lahiriah. Soal batiniah, di pelajaran agama atau ceramah para Ustaz kiranya sudah cukup banyak.

Apakah keberkahan lahiriah di Ramadhan ini?

Pertama, Ramadhan adalah masanya keberkahan para ibu-ibu rumah tangga, para pedagang kecil, serta para penghobi masak-memasak. Tentu kita masih ingat tagline #takjilwar beberapa waktu lalu. Cobalah telusuri, siapa sebetulnya yang berdagang makanan menjelang buka puasa dan ramai di berbagai Pasar Bedug? Di beberapa tempat yang pernah saya datangi, hampir semuanya bukanlah mereka-mereka yang sehari-hari memang berprofesi pengusaha kuliner.

Usaha kuliner mainstream justru banyak yang tutup selama Ramadhan. Yang muncul di Pasar Bedug adalah ibu-ibu rumah tangga yang dengan begitu semangat, mengandalkan segala keahlian masak memasak, pasang meja dan jejerkan hasil karyanya. Alhasil, jenis kuliner di Ramadhan bukanlah jenis yang mainstream atau sehari-hari ditemukan.

Apakah akan bisa menemukan rumah makan yang menjual ikan asin kipas di hari-hari selain Ramadhan? Apakah ada jualan gulai kerang di hari-hari biasa? Tak ada. Saya coba tanyakan ke rumah makan yang biasa buka di hari biasa, jawabnya tidak jual karena sepi peminat. Itu baru beberapa jenis, belum lagi ragam makanan dan penganan tradisional lainnya.

× Image