Puisi Melawan Algoritma: Esai atas Kronik Polymath Nusantara

Catatan YURNALDI (wartawan dan sastrawan, tinggal di Padang, Sumatera Barat)
Dalam dunia yang dijejali oleh metrik, grafik, dan sistem otomatis yang mencengkram kehidupan sehari-hari, Kronik Nusantara: Penjaga Kosmos dan Chaos hadir sebagai alegori filosofis sekaligus satir puitik terhadap peradaban digital yang kehilangan rasa. Cerpen dua bagian karya AI (Artificial Intelligence) kemudian disusun ulang Maspril Aries ini menggabungkan mitologi lokal, kritik teknologi, dan keindahan puisi dalam bentuk narasi spekulatif yang menyegarkan sekaligus menggugah.
Dunia dalam Keadaan Gawat Waktu
Cerpen ini dibuka dengan narasi distopia: "Jutaan orang hidup berdasarkan jadwal yang dibuat oleh sistem otomatis... Mereka hidup dalam utang waktu." Kalimat ini segera meletakkan konteks cerita dalam dunia yang didikte oleh waktu buatan, menciptakan ketegangan antara kosmos (tatanan alami) dan chaos (kekacauan buatan), antara irama semesta dan algoritma mekanistik.
Konflik utama bukan pada kehancuran fisik, melainkan pada perampasan makna oleh mesin. Jam, bukan lagi simbol keteraturan, melainkan belenggu. Kota Sungsang sebagai pusat kontrol waktu, dan Rektor Kronos sebagai penguasa sistem, menjadi lambang dari modernitas yang steril, melawan makna-makna yang lahir dari puisi, kisah rakyat, dan getaran batin.