Alquran Cetak Pertama di Indonesia dan Asia Tenggara Dicetak di Kampung 3 Ulu
Ahmad Subhan menjelaskan, Alquran pertama di Nusantara tersebut selesai dicetak pada 21 Ramadan 1264 Hijriyah yang bertepatan dengan 21 Agustus 1848. “Waktu itu Kemas Muhammad Azhari selesai mencetak Alquran di Kampung 3 Ulu Palembang. Hari itu adalah momentum itu menandai kemunculan Alquran cetak pertama sekaligus percetakan muslim pertama di Nusantara”, katanya.
Subhan berkeinginan tanggal 21 Agustus 1884 saat Alquran dicetak pertama kali di Indonesia menjadi momentum sebagai Hari Buku Palembang. “Saya ingin Pemerintah Kota Palembang atau Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan tanggal 21 Agustus sebaga Hari Buku Palembang”.
Baca: https://kingdomsriwijaya.id/posts/171006/palembang-punya-hari-buku-pada-21-agustus
Apabila Palembang atau Sumatera Selatan memiliki hari buku tersendiri, menurutnya, momentum ini dapat menjadi agenda tahunan bagi pemerintah maupun masyarakat umum merayakannya dengan beragam aktivitas untuk menanamkan kecintaan pada buku serta menumbuh suburkan budaya baca.
Barangkali ada yang bertanya, apakah momentum selesai cetak Alquran dapat dianggap sebagi hari buku? Subhan memberikan jawabannya, tentang keterkaitan makna istilah “Alquran”, “kitab”, dan “buku”. Alquran secara harfiah berarti “bacaan sempurna”. Secara kebendaan, Alquran merupakan kitab.
“Kitab” adalah kata serapan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kitab” bermakna sama dengan “buku”. Sedangkan istilah “buku” diserap dari kata “boek” dalam bahasa Belanda dan “book” dalam bahasa Inggris.
“Perlu diketahui bahwa masyarakat Indonesia sejak awal mengenal “buku” sebagai produk cetak. Itulah mengapa ada pembedaan antara buku cetak dengan naskah/manuskrip yang memuat teks tulisan tangan. Dengan kata lain, naskah/manuskrip yang merupakan hasil kerja manual tulis tangan berbeda dengan buku sebagai produk teknologi cetak”, tulis Ahmad Subhan pada bagian Sekapur Sirih buku ini.