Home > News

Ini Bukan Reality Show di Muba, Apriyadi Membedah 549 Rumah

Apriyadi melihat langsung keadaan itu, maka dirinya berbagi kepedulian sebagai tanggung jawab seorang kepala daerah.

Pj Bupati Muba Apriyadi melihat langsung rumah warga yang sudah direnovasi dengan bantuan program bedah rumah dan berdialog langsung dengan Susi Susanti pemilik rumah. (FOTO: Dinkominfo Muba)
Pj Bupati Muba Apriyadi melihat langsung rumah warga yang sudah direnovasi dengan bantuan program bedah rumah dan berdialog langsung dengan Susi Susanti pemilik rumah. (FOTO: Dinkominfo Muba)

Program bedah rumah di Muba mendapat respon positif dari warganya. Seperti Susi Susanti, (45) warga Desa Tenggaro Kecamatan Keluang, mendapatkan jatah bedah rumah atau perbaikan RTHL pembangunan sudah selesai dan sudah dihuni.

“Alhamdulillah terima kasih Pak Bupati Apriyadi sekarang rumah sudah sangat baik, beda dengan dulu. Kami tidak menyangka kalau Pak Bupati bertandang ke rumah kami”, kata ibu beranak satu orang.

Susi bercerita, selama ini tidak pernah ada dalam pikirannya untuk memperbaiki rumahnya yang sudah tidak layak dihuni. “Kami tidak bisa memperbaiki rumah karena tidak ada uangnya. Suami yang kerja serabutan hanya bisa membiaya hidup sehari-hari. Sekarang kalau hujan deras kami tidak was was lagi tinggal di rumah. Dulu kalau hujan deras kami pindah ke tempat yang aman, takut atap rumah ambruk,” ujarnya.

Reality Show

Bedah rumah bagi warga Muba yang rumahnya masuk kategori RTLH menjadi impian seperti tayangan reality show bedah rumah yang mereka tonton di layar kaca televisi, kini bukan hanya mimpi yang entah kapan terwujud? Pj Bupati Muba Apriyadi merealisasikan mimpi warganya dari RTLH menjadi layak huni melalui program bedah rumah.

Reality Show “Bedah Rumah” yang ada di layar televisi pada sekitar tahun 2008 – 2009. Reality Show “Bedah Rumah” dan reality show lainnya yang ada di berbagai stasiun televisi pada masa itu identik dengan sosok Helmy Yahya yang menjadi Crerator Program TV pada banyak reality show yang selalu meraih rating tinggi, salah satunya “Bedah Rumah”.

Dalam penelitian Nosakros Arya, Hafied Cangara dan A. Alimuddin Unde berjudul “Komodifikasi Kemiskinan Dalam Televisi Indonesia: Studi Komparatif antara Program “Jika Aku Menjadi” di Trans TV dengan Program “Bedah Rumah” di RCTI” (2013) menyebutkan, Kemiskinan bukan hanya persoalan sosial, tetapi kemiskinan telah menjadi komoditas yang ‘seksi’ di media televisi Indonesia.

Menurut penelitian tersebut, fenomena kemiskinan di Indonesia sangat potensial untuk dijadikan objek perhatian, karena kemiskinan tidak hanya dimanfaatkan oleh para politikus dalam meraih kursi di dewan legislatif. Namun, pemilik media massa khususnya televisi juga telah melirik dan menjadikan fenomena kemiskinan sebagai komoditasnya.

× Image