Antara Film Dirty Harry dan Film Dirty Vote Sebagai Dokumentasi Pemilu Kita
Film dokumenter merupakan fenomena yang dibungkus dengan materi visual. Film Dokumenter dapat menjadi media informasi yang mampu memberikan informasi dengan lebih aktual dan menyajikan data yang akurat.
Melalui Yoga Tri Budi Utomo dan Anthony Y.M Tumimomor dalam “Melacak Jejak Sejarah Witte Kruis Kolonie Melalui Film Dokumenter” (2023) mengingatkan kembali bahwa film dokumenter adalah jenis film non fiksi yang mampu memberikan fakta peristiwa secara aktual dan serta sikap atau opini dari pembuat film dokumenter fakta peristiwa dapat diceritakan.
Film dokumenter berisikan rekaman segala sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat, biasanya berisikan peristiwa penting yang diperkirakan tidak akan terulang kembali. Seperti film Dirty Vote yang mendokumentasikan proses pemilu 2024 sebagai pemilu kita bersama.
Mengutip Syaiful Halim dalam bukunya “Semiotika Dokumenter: Membongkar Dekonstruksi Mitos dalam Media Dokumenter” (2017) bahwa film dokumenter terdiri dari pesan-pesan yang diolah menurut kenyataan yang ada dan disajikan kepada penontonnya. Film dokumenter adalah konstruksi realitas tentang fenomena tertentu dan terfokus pada premis dan pesan moral tertentu, diproduksi dengan konsep pendekatan subjektif dan kreatif, dengan tujuan akhir mempengaruhi penonton.
Jadi jika film Dirty Harry terpilih sebagai film untuk pelestarian di National Film Registry oleh Perpustakaan Kongres Amerika Serikat sebagai signifikan secara budaya, historis, dan estetis, maka film dokumenter Dirty Vote adalah bagian dokumentasi bangsa tentang Pemilu di Indonesia. Film ini menjadi arsip digital sebagai pengingat untuk masa datang. (maspril aries)