Home > Eduaksi

Hibah 60 Artefak Sriwijaya dari Pensiunan KPPN untuk FKIP Unsri

Universitas Sriwijaya dengan nama dan lokasinya mengemban dan harus mengedepankan data-data, koleksi, pusat pendidikan tentang Kedatuan Sriwijaya.

Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar)
Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar)

Wakil Dekan II FKIP Nyimas Aisyah mengatakan, “Kegiatan Kajian Sejarah Lokal Series kita anjurkan ke Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. Sekaligus menjawab tantangan asesor pada waktu akreditasi. Agar Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri menghadirkan benda-benda dari koleksi Kedatuan Sriwijaya”.

Menurut Nyimas Aisyah, “Karena Universitas Sriwijaya dengan nama dan lokasinya mengemban dan harus mengedepankan data-data, koleksi, pusat pendidikan tentang Kedatuan Sriwijaya. Kami mengucapkan apresiasi tinggi kepada kolektor Ibrahim Saad selain sebagai narasumber juga memberi hibah berupa 60 artefak keramik Sriwijaya. Ini untuk memperkaya koleksi dan bahan pembelajaran sejarah di Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri”.

Ibrahim Saad pada Kajian Sejarah Lokal Series #1 menceritakan tentang berbagai koleksi yang dimilikinya. Menurutnya, saat di sekolah menengah, tertarik pada sejarah Kedatuan Sriwijaya dari narasi yang disampaikan guru sejarah. Karena narasinya belum lengkap karena tidak ditunjang berbagai bukti sejarah.

“Ketika saya bekerja di Kementerian Keuangan DJPb KPPN Palembang tahun 1988 kantornya dekat dengan Pasar Cinde. Dengan rasa penasaran saya sering keliling di Pasar Cinde dan menemukan berbagai artefak Sriwijaya yang dijual di sana”, katanya.

Kecintaan Ibrahim Saad pada artefak Sriwijaya membuat dirinya banyak menemukan artefak sejarah yang dijual di Pasar Cinde. Karena rasa penasarannya, kemudian dirinya banyak terhubung dengan para penyelam yang mencari emas di Sungai Musi. Selain emas, mereka menemukan berbagai guci, keramik dan mata uang berbagai dinasti di Cina semasa Kedatuan Sriwijaya.

“Saya membujuk para penyelam untuk menjual barang-barang temuannya kepada saya. Akhirnya para penyelam tersebut tidak saja menjual dengan harga murah. Namun banyak memberi berbagai artefak itu secara gratis ke saya. Selama 1988 sampai 1993 akhirnya koleksi artefak tersebut pun bertambah banyak”, kata Ibrahim.

× Image