Perjalanan ke Tiga Masjid di Banten, Solo dan Bakauheni
Masjid Syekh Zayed
Dari Cilegon perjalanan dilanjutkan menuju Yogyakarta dengan menumpang kereta api. Perjalanan ini bukan dimulai dari Jakarta melainkan dari stasiun Cirebon setelah sebelumnya menempuh perjalanan darat via tol sampai Cirebon malam hari. Di Cirebon tak sempat singgah ke Masjid Agung Cirebon yang juga punya kisah menarik karena dibangun pada masa Wali Songo.
Setiba di Yogyakarta setelah beristirahat perjalanan selanjut tetap dengan naik kereta dari stasiun Tugu. “Naik kereta api tut tut” menuju Solo dengan KRL yang penumpang membludak turun di stasiun Solo Balapan.Turun dari KRL saat berjalan menuju peron, dari stasiun sudah tampak Masjid Raya Syekh Zayed.
Masjid Raya Syekh Zayed dan masjid-masjid lainnya di muka bumi Allah ini secara harfiah, masjid merupakan tempat ibadah. Kata masjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi’il madinya sajada. Fi’il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim makan (tempat). Isim makan menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjid.
Dalam Alquran kata “masjid” disebut sebanyak 28 kali, 15 diantaranya menyebutkan tentang Masjidil Haram yang mengindikasikan adanya standar masjid yang merujuk kepada norma yang berlaku di Masjidil Haram.
Berkunjung ke Masjid Raya Syekh Zayed tidak sulit untuk menjangkaunya. Dari stasiun Solo Balapan kami memilih naik transportasi online, juga tersedia transportasi publik. Masjid ini diresmikan Presiden Joko Widodo bersama Presiden Uni Emirat Arab (UEA) pada 14 November 2022 setelah pembangunannya dimulai pada 2012.
Mengapa Presiden UEA Mohamed bin Zayed Al Nahyan Masjid Raya Syekh Zayed?Uni Emirat Arab, Ya karena masjid ini dibangun dan dibiayai Pemerintah UEA sekaligus masjid ini replika dari Masjid Syekh Zayed Grand Mosque yang berdiri megah di Abu Dhabi dibangun tahun 1996 dan dibuka tahun 2007.
Nama masjid ini diambil dari nama Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan pendiri Negara Uni Emirat Arab (UEA). Masjid ini memiliki luas seluas 22.412 meter persegi itu setara dengan lima lapangan sepak bola dan dapat menampung 40.960 jemaah sekaligus. Arsitektur Masjid Syekh Zayed adalah fusi dari arsitektural Mughal, Moorish dan Arab.
Masjid Raya Syekh Zayed di Solo dan Masjid Syekh Zayed Grand Mosque desain arsitekturnya tidak jauh berbeda atau serupa. Hanya luas bangunan yang membedakannya. Masjid Syekh Zayed Grand Mosque memiliki luas 12 hektare (Ha) dan Masjid Syekh Zayed di Solo luasnya hanya 2,7 Ha atau hanya sekitar 22,5 persen.
Masjid Raya Syekh Zayed di Solo dan Masjid Syekh Zayed Grand Mosque sama indah, tak salah jika masjid ini menjadi destinasi religi di Solo yang selalu ramai setiap hari dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap hari pula di sini ada puluhan juru foto siap mengabadikan kehadiran pengunjung masjid. Soal tarif tidak mahal, mereka juga para juru foto keliling yang terdaftar pada pengurus masjid.
“Kami menawarkan, jika ingin berfoto kami siapkan dalam format cetak dan digital. Nanti yang digital dikirim ke ponsel. Kalau tidak mau, kami tidak memaksa. Bisa saja foto dengan ponsel, tapi dijamin hasilnya tidak maksimal, latar belakang masjid bisa terpotong menara atau kubahnya, atau orang yang jadi obyek fotonya kecil,” kata seorang juru foto.
Keindahan, kemegahan dan keelokan Masjid Raya Syekh Zayed tidaknya terpajang pada sebuah foto, melihat langsung pesonanya, tidak hanya terlihat dari luar masjid, memasuki ke dalam masjid rasa takjub semakin membuncah di hati mereka yang berkunjungan salat di masjid ini. Pada kunjungan pertama berkesempatan salat magrib berjemaah di dalam masjid yang sejuk dan mewah tersebut.
Adalah beberapa hal yang patut dicatat dalam ingatan setiap merek yang datang ke masjid yang merupakan hibah dari Pemerintah UEA ini. Masjid Raya Syekh Zayed Solo berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare bekas depo minyak Pertamina dengan luas masjid 8.000 meter persegi mampu menampung sampai 10.000 jemaah.
Dari luar masjid yang didominasi warna putih ini memiliki empat menara tinggi menjulang, dengan satu kubah utama, dikelilingi 81 kubah-kubah kecil, dan ornamen bangunan bernuansa Timur Tengah juga ornamen kaligrafi. Masjid Raya Syekh Zayed Solo memiliki pintu masjid 133 buah. Masjid ini terdiri dari dua lantai. Lantai basement terdapat untuk tempat berwudu dan toilet.