Home > Literasi

Killers of The Flower Moon: Sebuah Ulasan Buku ( Film) (Bagian 1)

Kesuksesan adaptasi bukunya ini yang lalu mengundang perhatian elit Hollywood untuk mencoba mengangkat karya tulisnya yang lain menjadi film.

Sayangnya kekayaan baru ini malah mendatangkan bencana dan teror bagi warga Osage. Banyak warga kulit putih yang menganggap kasta warga pribumi lebih rendah atau bahkan bukan manusia beradab. Warga kulit putih mulai mencoba mencari cara merenggut pundi-pundi uang dari warga Osage. Pemerintah mencoba membatasi jumlah uang yang diterima oleh warga pribumi dari bisnis minyak bumi dan gas (migas). Mereka membuka tabungan kolektif hingga menunjuk pengelola keuangan dengan dalih mengontrol pengeluaran warga pribumi yang tidak terkendali.

Pedagang mulai memperkenalkan standar harga jual barang yang lebih tinggi bagi Osage. Pendatang baru berbondong-bondong pindah ke Osage untuk membuka bisnis hiburan dewasa, hotel, bar, dan lain-lain. Penjahat dan pencuri mulai beraksi merampok atau menipu warga pribumi. Namun muslihat yang paling keji berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa disadari orang sampai mayat-mayat mulai bermunculan.

Periode ini dikenal sebagai “Reign of Terror” atau Periode Teror bagi warga Osage. Satu-persatu warga pribumi ditemukan tewas dengan kondisi yang tidak wajar. Beberapa diantaranya bahkan terkesan dibunuh dengan keji. Warga yang ketakutan mencoba meminta bantuan penegak hukum lokal. Namun tidak banyak yang mereka lakukan. Akhirnya warga pribumi Osage menyewa detektif dan bahkan meminta bantuan organisasi FBI yang saat itu baru dibentuk. Melalui penyelidikan FBI terkuak bahwa terjadi pembantaian sistematis yang menargetkan warga Osage dan lahan migas mereka.

David Grann menghadirkan narasi yang berfokus pada beberapa individu di komunitas warga Osage, dalam hal ini yaitu Mollie Burkhart dan keluarganya. Terdapat juga beberapa individu lain yang menjadi kunci penting cerita ini seperti Ernest Burkhart yang merupakan suami kulit putih Mollie, William Hale yang merupakan pengusaha dan paman Ernest, hingga Tom White sebagai agen FBI yang ditunjuk menyelidiki misteri pembunuhan di Osage.

Selain untaian cerita dan detail latar belakang yang berfokus pada individu-individu di atas, Grann juga menyajikan dokumentasi foto dan dokumen penting serupa laporan investigasi umumnya. Foto-foto ini mengingatkan pembaca bahwa kisah ini nyata dan benar terjadi.

Grann sendiri tidak banyak menampilkan sosok dirinya dalam buku ini. Ketimbang laporan atau catatan harian investigasi, dia lebih memilih menyajikan cerita KOFM secara runtut dari prespektif tokoh yang terlibat dan memberi informasi seperlunya layaknya novel fiksi. Grann mencoba menyelami pikiran tiap tokoh yang sebagian besar sudah meninggal terkait peran mereka dalam rangkaian teror yang menghantui warga Osage. Dia juga menghadirkan informasi terkait budaya lokal Osage dan kehidupan di Amerika pada masa itu.

Sekilas KOFM lebih mirip kisah detektif dengan misteri pembunuhan sebagai plot utamanya. Namun, David Grann melempar fakta bahwa misteri tidak selamanya dipecahkan dengan tuntas dan banyak hal yang baru terungkap bertahun-tahun kemudian. Tidak ada protagonis atau pahlawan dalam kisah ini. Yang ada hanya para korban yang dibungkam, pelaku yang tidak menyesali perbuatan mereka, dan penyelidik yang memanfaatkan kasus Osage sebagai batu loncatan dalam memperkenalkan organisasi investigasi baru. Pada akhirnya, Periode Teror Osage menjadi bagian sejarah yang mulai dilupakan oleh banyak orang, kecuali bagi minoritas keturunan Osage yang tersisa. (muhammad rifky)

× Image