Anak Penjaga Pantai yang Unggul pada Pilpres Turkiye (Bagian 2 Habis)
Tahun 2014 masa jabatan Erdogan sebagai Perdana Menteri Turki berakhir, lalu Erdogan mencalonkan diri sebagai Presiden Turki dengan dukungan Partai AKP. Pada pemilu yang berlangsung 10 Agustus 2014 Recep Tayyip Erdogan terpilih sebagai Presiden ke-12 Republik Turki untuk masa jabatan lima tahun.
Partai AKP sendiri datang dengan karakter islamis moderat. sementara konotasi muslim moderat terkait dengan eksistensi kelompok Islam yang mampu berdampingan secara damai dengan kelompok lain yang berbeda keyakinan, mendukung demokrasi, menghargai kebebasan berfikir, penyelenggara pendidikan yang mengakui iman dan agama, dan mencegah penggunaan kekerasan atas nama Islam.
AKP atau AK Parti yang dalam bahasa Turki Ak berarti cahaya, murni, putih, bersih dan tidak terkontaminasi AK Parti berkonotasi partai cahaya dengan simbol partai sebuah bola lampu. AKP menolak tudingan sebagai partai politik yang menyimpan agenda politik Islamis. AKP mengklaim sebagai partai demokrat – konservatif (muhafazakarlar demokrat) yang menekankan nilai-nilai tradisional Turki religius. Strategi ini didasari oleh kecendrungan masyarakat yang semakin konservatif, karena domominasi politik sayap kanan dalam waktu yang cukup lama terutama sejak lahirnya era Trugut Ozal.
Erdogan sendiri menolak identifikasi AKP sebagai partai islamis. Menurutnya, AKP diasosiasikan seperti halnya partai konservatif demokrat yang ada dalam tradisi politik Uni Eropa. Mengutip Ahmad Dzakirin dalam “Kebangkitan Pos-Islamisme,” (2012), “Bisa dikatakan ini adalah sebagai siasat Erdogan untuk tidak terjebak dalam politik sekular Turki terlebih lagi dalam berhadapan dengan militer.”
Dalam berbagai kesempatan, Erdogan menegaskan karakter sekular partai politik yang dipimpinnya. “Partai tidak memiliki agama, tuntutan beriman hanya diperintahkan kepada manusia.”Dan AKP melihat strategi ini lebih tepat dan mengena karena berpotensi memperluas konstituensi dan basis elektoral, sementara disisi lain mencegah adanya radikalisasi kubu sekular yang terutama militer yang memiliki alasan untuk menggulung partai.
Dalam “Tinjauan Gaya Kepemimpinan Dan Kebijakan Islamisasi Turki Recep Tayyip Erdogan” (2022), Naurah Habibah menuliskan, “Recep Tayyip Erdogan merupakan seorang politisi yang dijuluki sebagai penghapus sekularisme yang diwariskan oleh Mustafa Kemal Attaturk. Melalui aksi politik yang dilakukannya, Erdogan berhasil mengembalikan masa keemasan Turki yang asalnya terjerat fanatik sekularisme dan terjadi pengosongan nilai-nilai Islam di negara Turki. Dengan langkah politik melalui kebijakan-kebijakannya, ia mampu meyakinkan masyarakat Turki bahwa dengan identitas Islam, Turki bisa mengembalikan kejayaan bangsa.”