3/4 Abad Kepergian ‘Aku Ini Binatang Jalang’
Angkatan 45
Kritikus sastra HB Jassin menahbiskan Chairil Anwar sebagai pelopor angkatan 45. Menurut Jassin, Chairil Anwar membawa penyegaran dalam dunia sastra lewat sajak, saduran, prosa, dan karya karyanya. Pembaharuan yang dilakukan Chairil Anwar yang telah menggoreskan pengaruhnya dalam persajakan modern Indonesia pada saat itu.
Chairil Anwar terlahir dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya adalah Seorang pejabat yang menjabat bupati di Riau. Chairil Anwar memiliki hubungan kekerabatan dengan Sutan Sjahrir yang menjabat pernah menjabat Perdana Menteri Indonesia pertama.
Chairil Anwar menempuh pendidikan dasar di HIS (Holland Indisce School) dan sekolah menengah pertama di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Sejak masa sekolah Chairil banyak mempelajari bahasa asing seperti, bahasa Jerman, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda dan rajin membaca karya sastra yang ditulis dalam bahasa asing.
Karena perceraian orang tuanya, pendidikan Chairil Anwar berhenti di kelas dua MULO. Lalu ia ikut bersama ibunya ke Jakarta. Pada masa sekolah Chairil adalah anak yang cerdas yang menjadi kebanggaan para gurunya. Ia juga anak yang berparas tampan yang menjadi incaran para gadis.
Pada masa remajanya Chairil Anwar adalah pemuda yang dengan siapa saja. Baginya, semua manusia memiliki derajat yang sama. Chairil Anwar mulai dikenal di dunia sastra saat umurnya beranjak 20 tahun. Waktu karyanya termuat dalam Majalah Nisan tahun 1942.
Menurut penelitian Desy Rahmadani dkk dari Universitas Jambi berjudul, “Analisis Karakter Kebangsaan Chairil Anwar Sebagai Pelopor Angkatan 45,” (2021), sajak-sajak pemikiran Chairil Anwar dipengaruhi pula oleh seniman dan sastrawan luar dari Belanda yakni Du Perron, Marsman, Ter Braak.
Selepas kematiannya muncul kontroversi dan tudingan plagiat pada karya-karya Chairil Anwar. Semua tudingan tersebut telah diluruskan HB Jassin kritikus sastra Indonesia yang juga sahabat karibnya.
Dalam buku “Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45,” (2018), HB Jassin menulis, “Sekarang hanya tinggal pertanyaan: Apakah hukuman sejarah pada penyair Chairil Anwar yang diakui telah memperbarui kesusastraan Indonesia? Apakah karena plagiat beberapa sajak, semua sajaknya yang asli pun harus dicopot predikat pelopor angkatan 45?” Jassin telah melakukan penelitian pada karya-karya Chairil Anwar selama lebih kurang tujuh tahun.
Melalui sajak “Aku” yang melegenda Chairil Anwar oleh teman-temannya mendapat julukan “Si Binatang Jalang”. Sajak-sajak nya membawa pengaruh yang menjadi penyebab revolusioner. Sajak Chairil Anwar menggunakan bahasa yang berjiwa hidup berirama menggelora dalam jiwa. Bahasa yang digunakan tidak berlebihan dan bebas, ungkapan orisinalitas sesuai dengan keadaan pada saat itu, dan mengandung unsur perjuangan serta sedikit banyak dipengaruhi oleh sastra asing.
Dengan sajak-sajaknya Chairil Anwar berhasil membawa kebaruan bagi sastrawan dalam kesusastraan Indonesia yang pada masa itu yang tengah di bawah pengaruh kekuasaan Jepang.
Menurut Umar Junus dalam buku, “Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern,” dijelaskan bagaimana puisi-puisi Chairil Anwar tumbuh di dalam kehidupan sastra yang bersifat propaganda. Oleh karenanya, pada masa itu timbullah suatu pemberontakan baru dalam perkembangan puisi Indonesia, baik berupa pemberontakan dalam hubungan isi maupun pemberontakan dalam hubungan bentuk. Hal ini terutama dilakukan oleh Chairil Anwar.
Chairil Anwar adalah salah satu sastrawan angkatan 45 yang menurut Sapardi Djoko Damono, bahwa ia bukan datang dari masa lalu melainkan datang dari masa depan. Sajak atau puisi-puisi Chairil Anwar sampai saat adalah karya yang paling sering dikutip oleh semua kalangan. Seperti “Aku ini binatang jalang” atau “Aku ingin hidup seribu tahun lagi” dalam puisinya yang berjudul Aku seperti telah merasuk ke dalam jiwa seluruh manusia.
Selama proses kreatifnya dalam periode 1942-1949, Chairil Anwar menurut HB Jassin, menghasilkan 94 tulisan. Itu termasuk 70 sajak asli, 4 saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, serta 4 prosa terjemahan.
Dalam dunia sastra Indonesia, Chairil Anwar adalah satu dari sedikit sastrawan negeri ini yang totalitasnya dalam berkesenian di dalam dunia sastra. Menurut Arief Budiman dalam “Chairil Anwar Sebuah Pertemuan,” Chairil Anwar semata-mata hidup untuk puisi dan dari puisi. Melalui puisi juga ia mengekspresikan sikap politiknya. Keberpihakan Chairil sudah sangat jelas, pro-republiken. (maspril aries)