Home > Literasi

Penyair Anwar Putra Bayu Rindu Kehadiran Penulis Perempuan

Dunia kepenulisan di Sumsel merindukan kehadiran penulis-penulis perempuan, tidak hanya penulis puisi juga prosa. Kehadiran penulis pria selama ini cukup mendominasi.

Penulis perempuan Aina Rumiyati Aziz menyerahkan buku puisi
Penulis perempuan Aina Rumiyati Aziz menyerahkan buku puisi "Pulang" kepada Kepala Dinas Perpustakaan Sumsel, Zaki Aslam. (FOTO: Dok. Aina RA)

Nanik Setyawati dan kawan-kawan dalam penelitiannya berjudul “Potret Eksploitasi Perempuan oleh Penulis Perempuan dalam Susastra Angkatan 2000-An: Kajian Feminisme Dalam Susastra Indonesia” menulis, peran perempuan dalam susastra merupakan situasi yang sangat positif dalam dunia kepenulisan mengingat dunia kepenulisan selama ini selalu didominasi kaum laki-laki. Besarnya dominasi kaum laki-laki muncul karena pengaruh penulis-penulis perempuan terlalu lemah sehingga warna “keperempuanan” seolah tak ada dalam khasanah susastra Indonesia.

Baru pada kisaran 1970-an, ketika gelombang persamaan gender dan feminisme memasuki Indonesia, barulah penulis-penulis perempuan mulai bermunculan satu-persatu.

Diakui atau tidak gelombang feminisme dan perubahan sosial pada dekade-dekade berikutnya memberikan dorongan signifikan bagi perkembangan kepenulisan bagi perempuan di Indonesia. Penulis perempuan tidak lagi hanya berkutat pada isu-isu domestik atau romansa, tetapi mulai mengangkat tema-tema yang lebih kompleks dan berani, seperti ketidakadilan gender, kekerasan, politik, dan spiritualitas.

Munculnya berbagai komunitas literasi dan platform publikasi, baik cetak maupun digital, juga memberikan ruang yang lebih luas bagi penulis perempuan dari berbagai daerah untuk menyuarakan karya mereka. Internet dan media sosial telah membuka peluang baru untuk berinteraksi dengan pembaca dan membangun jaringan dengan penulis lain.

Dinamika kepenulisan perempuan Indonesia juga tercermin dalam keragaman genre yang mereka tekuni. Mulai dari puisi yang liris dan reflektif, cerpen yang padat dan menggugah, hingga novel yang epik dan mendalam. Mereka juga merambah genre non-fiksi, seperti esai, memoar, dan tulisan-tulisan ilmiah dengan perspektif perempuan.

Salah satu aspek menarik dari lanskap kepenulisan perempuan Indonesia adalah munculnya suara-suara (penulis) perempuan dari berbagai daerah yang membawa kekayaan budaya, bahasa, dan pengalaman lokal ke dalam karya mereka. Mereka tidak hanya menceritakan kisah-kisah dari daerah mereka, tetapi juga memberikan perspektif yang unik tentang isu-isu nasional dan global melalui lensa lokal.

× Image