
KINGDOMSRIWIJAYA – “Banyak jalan menuju Roma” kata peribahasa. Tetapi bagi Saefudin jalan yang ia lewati untuk menuju cita-cita meraih gelar doktor diraihnya dengan menulis disertasi tentang Rhoma Irama sang Raja Dangdut.
Saefudin yang sehari-hari seorang ASN (Aparatur Sipil Negeri) pada Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, Palembang berkat disertasinya yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Lirik-Lirik Lagu Dangdut Rhoma Irama (Suatu Pendekatan Hermeunetika-Semiotika)”.
Disertasi tersebut dipertahankannya pada ujian terbuka yang berlangsung Pada 4 Desember 2019 lalu. Namun kini disertasi tersebut menjadi salah satu kelengkapan dokumen untuk mengusulkan musik dangdut menjadi salah satu warisan dunia takbenda (Intagible Culture heritage) ke Unesco.
Pada kesempatan tersebut Rhoma Irama pun mengundang Saefudin untuk tampil pada Podcast “Bisikan Rhoma” yang tayang, Jumat malam (14/2/2025). “Jangan lupa saksikan ya”, pesan Saefudin yang dikirim via Whatsapp.
Bagi Saefudin perkenalannya dengan Raja Dangdut Rhoma Irama bukan perkenalan yang instan tapi sebuah perjuangan yang panjang, seperti lagu Rhoma Irama yang berjudul “Perjuangan dan Doa” yang liriknya: “Berakit-rakit ke hulu – Berenang ke tepian – Sakit-sakit dahulu, susah-susah dahulu – Baru kemudian bersenang-senang”.
Surut jauh ke belakang ke tahun 80-an, di sebuah desa yang ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim). Siapakah yang menjadi idola anak-anak atau remaja desa di pelosok Jatim tersebut? Yang jelas bukan boyband dan girlband asal Korea sebagai tokoh idolanya, karena memang masa itu belum ada.

Seorang bocah cilik kelahiran 5 Januari 1975 yang masih duduk di Sekolah Dasar Negeri Desa Siwalan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik bernama Saefudin memilih Rhoma Irama seorang penyanyi sekaligus pemimpin Soneta Grup sebagai idolanya. Itu terjadi pada awal tahun 80-an. Saefudin yang lulus SD tahun 1988 sudah mengidolakan Rhoma Irama.
“Saya waktu itu mulai mengenal dari lagu-lagunya. Hampir di setiap rumah di desa saya yang punya tape recorder pada masa itu selalu memutar lagu Soneta Grup atau Rhoma Irama. Saya suka lagu Rhoma Irama tapi saya tidak suka film-nya,” kata Saefudin bocah dari Desa Siwalan yang merantau ke Palembang dan untuk kuliah lalu bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Bolos Sekolah
Kenapa Seafudin kecil tidak suka film Rhoma Irama? Ini alasannya, pada masa itu karena filmnya bernuansa romantis. “Tidak ada aksi laganya, anak seusia saya yang masih SD saat itu lebih suka film action, seru ada berkelahinya”, ujar Saefudin yang mengaku menonton film-film Rhoma Irama melalui layar tancap di lapangan desa.
Sejak itu Saefudin menjadikan Rhoma Irama telah bersemayam dalam hatinya sebagai tokoh idola. Tidak ada penyanyi idola lain selain pendiri Soneta Grup tersebut. Setelah layar kaca atau televisi semakin banyak dimiliki warga desa, Saefudin pun kerap membolos sekolah.
“Seingat saya dulu setiap Selasa pagi sebuah stasiun televisi swasta ada acara musik dangdut yang menampilkan Rhoma Irama. Maka setiap Selasa saya bolos dari sekolah. Suatu saat guru tahu dengan kebiasaan saya, maka pada hari Selasa pintu kelas dikunci, saya tetap berusaha untuk bolos,” kenang Saefudin yang pindah ke Palembang akhir tahun 90-an untuk berkuliah di IAIN Raden Fatah pada Fakultas Ushuluddin dan lulus tahun 2001.
Kecintaan Saefudin pada Rhoma Irama juga membuatnya pernah menggunakan uang pembayaraan SPP untuk membeli karcis bioskop menonton film Rhoma Irama ke Gresik yang berjarak sekitar 45 km dari desanya saat masih bersekolah di SMPN Panceng.
Setelah kuliah di Palembang kecintaan Saefudin pada tokoh idolanya Rhoma Irama tak surut. Saefudin yang di kampus menjadi aktivis mahasiswa tak bisa melupakan pertemuan pertamanya dengan sang idola saat Rhoma Irama show di Pangkalpinang, Bangka.

Mendapat kabar Rhoma Irama bersama Soneta show di Bangka, Saefudin langsung menyebrang dengan menggunakan kapal cepat. “Tanpa ada saudara dan kenalan saya untuk pertama kali pergi ke Bangka ingin bertemu langsung dan Pak Haji Rhoma Irama. Setelah kapal merapat di pelabuhan Muntok saya langsung ke hotel tempat Rhoma Irama menginap di Pangkalpinang”, ujarnya.
Keberuntungan belum berpihak pada Saefudin, walau sudah berkomunikasi dengan salah seorang personil Soneta Grup, sang idola belum bisa bertemu langsung. Saefudin disarankan menemuinya di pantai Pasir Padi saat Soneta Grup melakukan persiapan untuk show. Dengan kegigihannya Saefudin bisa berada di atas panggung menyaksikan idolanya dari dekat.
“Saya bisa naik ke panggung dan mendekat karena saat itu saya memanfaatkan kartu pers Mas Warto seorang senior yang juga wartawan. Berbekal kartu pers tersebut saya bisa mendekat”, kenangnya.
Baru pada malam hari usai latihan Saefudin bisa bertemu langsung dengan idolanya Haji Rhoma Irama. Di lobi hotel Rhoma Irama menerima tamu-tamunya, giliran Saefudin untuk berjumpa belum juga tiba. Malam semakin tinggi, setelah cukup lama menanti giliran untuk bertemu sang idola, seorang personil memberi tahu, Rhoma Irama bersedia menerimanya.
“Saya ingat malam itu bertemu langsung dengan Rhoma Irama yang mengenakan kain sarung”, kata Saefudin yang kini menjabat Ketua Forsa (Fans of Rhoma Irama and Soneta) Sumatera Selatan.
Setelah menyampaikan salam perkenalan dan niatnya, dari pertemuan itu Saefudin pun melahirkan skripsi sebagai tugas akhirnya meraih gelar sarjana strata satu (S1). Skripsi tersebut berjudul “Nada dan Dakwah Studi Deskriftif terhadap Aktivitas Rhoma Irama dan Soneta Grup” yang diuji pada 2001. Kajian akademik tentang Rhoma Irama telah dilakukannya sejak jenjang pendidikan Strata Satu atau S1 di IAIN Raden Fatah sebelum berubah menjadi UIN.

Disertasi Pertama Rhoma Irama
Lulus dari IAIN Raden Fatah, Saefudin yang berkarir sebagai pegawai negeri sipil (PNS) melanjutkan pendidikan strata dua (S2) di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stisipol). “Namun sayang tesis saya saat S2 bukan lagi meneliti tentang Rhoma Irama dan Soneta Grup tapi masalah kehumasan,” ujar Saefudin yang sempat menjadi Humas Kanwil Kemenag Sumsel.
Usai pendidikan S2 Saefudin langsung memilih melanjutkannya ke jenjang S3. Kali ini ia memilih kembali ke kampus pertamnya menjalani pendidikan tinggi di IAIN Raden Fatah yang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah dan memilih Program Studi Pendidikan Islam.
Saat bekerja sebagai PNS dengan jabatan Kepala Sub Bagian Informasi dan Hubungan Masyarakat Kanwil Kemenag Sumsel, Saefudin butuh waktu 3,5 tahun menjalani pendidikan S3 untuk bisa meraih gelar doktor. Pada 4 Desember 2019 Saefudin pun berhasil meraih gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya berjudul : “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Lirik-Lirik Lagu Dangdut Rhoma Irama (Suatu Pendekatan Hermeunetika-Semiotika)”.
Dalam disertasinya setebal 236 halaman Saefudin kembali mengkaji dan membedah Rhoma Irama. Yang lebih istimewa pada sidang terbuka promosi doktor tersebut sang idola Haji Rhoma Irama ikut hadir dan berkesempatan memberikan testimoninya. Rhoma Irama sengaja datang ke Palembang untuk menyaksikan langsung ujian doktor Ketua Forsa Sumsel tersebut.
“Butuh waktu sekitar 2,5 tahun saya menyelesaikan disertasi ini. Saya melakukan riset pustaka dan juga mewawancarai langsung Pak Haji Rhoma Irama sebagai sumber primer untuk penelitian ini,” kata Saefudin.
Dari penelusuran akademis Saefudin, ternyata disertasi yang ditulisnya merupakan yang pertama di Indonesia dengan obyek penelitian Rhoma Irama dan Soneta Grup. Menurutnya, untuk penulisan skripsi dan tesis sudah cukup banyak tentang Rhoma Irama. Saefudin bercerita, “Di luar negeri ada dua penelitian tentang Rhoma Irama dan Soneta Grup yang saya jadikan referensi.”
Pertama, karya William H Fredrick berjudul “Rhoma Irama and the Dangdut Style : Aspects of Contempory Indonesian Popular Cultural” yang terbit 1982. Kedua, karya Andrew N Weintraub berjudul “Dangdut Stories : A Social and Musical History of Indonesia’s Most Popular Music” yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia terbit 2012.

Dalam disertasinya Saefudin menjadikan 14 judul lagu Rhoma Irama bersama Soneta Grup sebagai obyek penelitiannya. Lagu-lagu tersebut bertitimangsa tahun 1977 – 2001. Saefudin melakukan analisis relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam lirik lagu Rhoma Irama tersebut secara tekstual dan kontekstual.
Dari penelitiannya terhadap 14 judul lagu Rhoma Irama, Saefudin menemukan bahwa lahirnya lirik lagu Rhoma Irama tersebut tidak terlepas dari konteks kondisi sosio-kultural dan politik pada waktu lagu tersebut diciptakan. Atau isi pesan lagu kritik sosial yang diciptakan Rhoma Irama merupakan manifestasi dari peristiwa sosial politik dan lirik lagu tersebut bukan semata teks-teks kosong, tetapi simbol pemberontakan dan perlawanan terhadap hal-hal yang dianggapnya sebagai ketidakberesan dalam realitas sosial.
Kesimpulan lain dari disertasi ini bahwa lirik lagu Rhoma Irama tersebut sangat sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islan dan pendidikan karakter yang “dibungkus” dakwah, bermuatan tauhid (akidah), akhlak dan ibadah. “Lirik lagu Rhoma Irama telah mampu mempengaruhi perilaku atau mengubah karakter penggemarnya,” ujar Saefudin yang pernah meraih prestasi penyuluh agama Islam teladan Provinsi Sumsel tahun 2006.
Bagian akhir disertasinya, Saefudin menyampaikan, “Kepada seniman diharapkan menumbuhkan kembali lagu-lagu yang liriknya mengandung nilai-nilai kebaikan yang edukatif, kritis terhadap kenyataan sosial dan memupuk kecintaan pada Allah dan sesama, bukan hanya lagu-lagu yang bertema romansa cinta biasa”.
Dan kepada pemerintah Saefudin memberikan saran, “Sekarang sudah ada Kementerian Kebudayaan, diharapkan bisa membuat regulasi bagi seniman Indonesia agar menciptakan lagu-lagu yang berkualitas sebagai pendukung terwujudnya generasi bangsa yang berakhlak mulia”.
Dalam perjalanan karir sebagai ASN, suami dari Nyimas Mariam mulai bekerja sebagai Penyuluh Agama di Kecamatan Pagaralam Selatan tahun 2004, kemudian menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Humas Kanwil Kemenag Sumsel (2008 -2013), sejak 2022 ayah dari dua orang putra ini menjabatKepala Balai Diklat Keagamaan Palembang Kementerian Agama. (maspril aries)
