Sumpah Garuda Hitam (Bagian 2)

Setelah kembali dari penerbangan yang membangkitkan semangat, kami kembali ke rutinitas. Namun, suasana tegang tidak pernah hilang. Pada tanggal 21 Juli 1947, kabar buruk datang. Belanda melancarkan agresinya. Kami menamakan peristiwa ini sebagai Perang Kemerdekaan Kesatu. Mereka menyerbu daerah pedalaman, dengan pusat serangan dari kota Palembang. Korban berjatuhan, banyak yang tidak dapat diselamatkan.
Pada hari ketiga, pasukan Belanda telah menduduki Baturaja. Sejak saat itu, pertempuran semakin sengit. Komandan Brigade, Letnan Kolonel Samaun Gaharu, menerima kabar bahwa pasukan Belanda akan menyerbu Kotabumi. Dia segera menginstruksikan kami untuk mempersiapkan diri.
“Kita tidak akan mundur!” seru Komandan. “Kita akan melawan dengan gigih, apa pun yang terjadi!”
Kami bergerak cepat. Jalanan kereta api di dekat daerah kami dirobohkan. Jembatan-jembatan diputus. Jalan-jalan raya dirusak. Setiap rintangan kami buat untuk memperlambat laju tentara Belanda. Namun, takdir berkata lain. Pasukan Belanda tiba dengan cepat, dan pertempuran tak terhindarkan.
“Siapkan granat! Jangan biarkan mereka masuk!” teriakku kepada pasukan.
Suara tembakan dan ledakan meriam bersahutan. Asap hitam mengepul di mana-mana. Perang ini bukan sekadar tentang pertempuran, melainkan tentang mempertahankan harga diri dan kedaulatan bangsa. Aku berlari dari satu posisi ke posisi lain, memastikan semua prajurit siap menghadapi serangan.
Di tengah pertempuran, Letnan Tukiran, seorang pejuang tangguh, gugur di tangan musuh. Ia tertembak di pertempuran Batu Putih, dekat Baturaja. Kami memakamkannya dengan hormat di Makam Pahlawan yang telah kami bangun di dekat stasiun Tanjung Karang.
Pertempuran terus berlanjut tanpa henti. Kami melawan dengan segala yang kami miliki, bahkan dengan senjata seadanya. Rakyat, yang melihat perjuangan kami, tidak tinggal diam. Mereka ikut berjuang, mengumpulkan makanan, minuman, dan rokok di tempat-tempat pasukan berkumpul. Mereka datang diam-diam, melalui jalan-jalan tikus, membawa apa pun yang mereka miliki. Sikap patriotik mereka sungguh mengharukan.
Tiba-tiba, sebuah suara ledakan yang memekakkan telinga terdengar. Sebuah truk Belanda terbakar, dan asap hitam mengepul tinggi. Para prajuritku bersorak-sorai.
“Kita berhasil!” teriak mereka. “Kita berhasil menghancurkan mereka!”
Ketegangan memuncak. Namun, keberanian kami jauh lebih besar. Kami adalah Brigade Garuda Hitam, penjaga kedaulatan bangsa. Kami akan terus berjuang, bahkan jika harus bertaruh nyawa.