Afdfruk Foto Apaan Itu?, Apa Gen-Z dan Milenial Tahu?
KINGDOMSRIWIJAYA – Seorang sahabat, yakni seorang fotografer senior dari Bandung bernama Yogi Ardhi di laman media sosialnya mengunggah beberapa foto dan catatan yang diberi judul “Ayo Cetak Foto Lagi”.
Kang Yogi demikian saya memanggilnya dan kami pernah satu tempat berkhidmat di Harian Republika menulis: "Memotret di era film alias analog identik dengan hasil foto cetakan. Sensasi melihat lembar foto tercetak selalu berbeda dibanding menatap foto di layar gawai sejernih apapun gambarnya.
Ritual mencetak foto setelah memotret kini tergerus di era instan fotografi digital. Bahkan pemotret jalanan di tempat wisata pun sekarang banyak hanya mengirimkan soft copy hasil jepretannya ke gawai konsumen.
Orang-orang pun tidak lagi merasa perlu mencetak foto, cukup melihatnya di layar gawai. Banyak lab foto studio betumbangan terkena imbasnya. Mengganti mesin cetak chemical base dengan printer foto untuk bisa tetap bertahan. Orang mencetak foto paling banter untuk membuat pas foto”.
Tulisan ini menyeret jauh ingatan ke belakang pada era cetak foto harus datang ke studio foto atau toko cetak foto yang era 80-an banyak berdiri, kemudian tumbang satu persatu. Jika mundur lagi ke belakang lagi ke era 70-an maka pada masa itu belum ada yang disebut studio foto atau toko cetak foto. Pada masa itu toko-toko tersebut menyebut tempatnya “Afdruk Foto”.
Walau kata “afdruk” masih tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tapi dijamin mereka yang disebut Generasi Z atau Generasi Milenial tidak tahu apa itu afdruk foto? Kecuali mereka bertanya dengan minta bantuan Meta AI atau ChatGPT dan sejenisnya.
Dalam KBBI afdruk berarti “hasil mencetak film” kata turunannya, mengafdruk yang artinya mencetak film dan pengafdrukan yang memiliki arti proses, cara, perbuatan mengafdruk. Sekarang kata “afdruk” sama tidak populernya dengan studio foto.