Mencari Wali Kota yang Suka Musik Jazz
JGTC dari kampus UI ini hadir mendobrak stigma tentang pertunjukan jazz yang pada tahun 1970-an dianggap sebagai musik kaum elite dan mahal. JGTC mampu menghadirkan musisi jazz dan penyanyi top Indonesia sampai bintang jazz kelas dunia, diantaranya musisi Braxton Cook dan penyanyi R&B Keith Martin.
Festival jazz seperti JGTC juga ada di kampus Universitas Gajah Mada (UGM) yang diselenggarakan dalam Economic Jazz XIX dengan menghadirkan musisi internasional Lee Ritenour dan penyanyi R&B Phill Pery tahun 2014 dan pernah menghadirkan grup musik jazz asal Jepang Casiopea.
Nilai Ekonomi
Harmoni musik jazz ternyata mampu menggairahkan ekonomi dan budaya desa, salah satunya dipertunjukan pada Ngayogjazz 2024, selain irama jazz yang memukau dengan berkualitas, juga membawa dampak positif bagi warga lokal. Festival ini bisa mengangkat perekonomian dan sekaligus memperkenalkan Dusun Kalimundu, Kalurahan Gadingharjo, Kapanewon Sanden ke dunia luar.
Selain nonton hiburan musik gratis, warga juga berpartisipasi dalam perputaran ekonomi lokal. Ada UMKM dan ada angkringan yang berjualan di arena Ngayogyajazz. DI arena festival ada berbagai stan yang disediakan untuk menampilkan beragam produk kerajinan dan kuliner potensi Dusun Kalimundu.
Diakui oleh Pemerintah Kabupaten Bantul bahwa Ngayogjazz 2024 menjadi lebih dari sekadar festival musik. Acara ini memperkuat hubungan antarwarga, memperkenalkan Desa Sanden kepada dunia, dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Ini membuktikan selalu ada nilai ekonomi yang hadir dalam setiap penyelenggaraan festival musik. Apa lagi jika itu festival musik profit. Kajian perihal sisi ekonomi dalam sebuah festival musik menurut A Brandão & RF de Oliveira dalam “Internationalization Strategies in Music Festivals” (2019), telah berkembang pesat sejak tahun 2012. Artinya dimensi ekonomi-bisnis mengalami perkembangannya dalam ranah festival musik hingga saat ini.